Translate

Gairah Suami Istri

Bukan baru sekali ini Mama bermain, sebab Mama udah nikah sama Hb di Bandung. Tetapi secara jujur, Mama harus mengakui, bahwa lelaki seperti Papa sangat jarang ditemuinya. Lelaki bertampang ganteng dan panas. Jantan! Romantis.
Mama membiarkan saja Papa meraba-raba sepasang buah dadanya yang montok ranum. Lengkap dengan putingnya yang kemerahan tegak menantang ke atas. Puting itu bergetar-getar, seirama dengan gerakan-gerakan bukit indah itu. Dan Papa meremasnya dengan lembut. Lembut sekali. Penuh perasaan.
Mama merengek manja. Menggeliat sambil merintih. Matanya meredup. Oukh, telapak tangan Papa hangat dan seakan-akan mengandung magnit. Membuat Mama jadi terangsang. Tangan lelaki itu masih juga meremas. Berpindah-pindah. Puas sebelah kanan. Beganti dengan sebelah kiri. Bervariasi dengan tekanan-tekanan yang romantis. Mendatangkan rasa geli-geli dan nikmat. "Oukh, Paaaaaaa! Hmmnrhhh . . . sssh, akh!" ujar Mama sambil membusungkan dada yang sedang diremas Papa, agar Mama lebih dapat meresapkan rasa geli-geli nikmat itu.
Papa memang pintar menaikkan rangsang perempuan sedikit demi sedikit. Bukan hanya tangannya saja yang pintar bermain. Tetapi juga hidung dan mulutnya. Hidungnya menciumi permukaan payudara yang padat dan montok itu. Tidak terlalu besar dan juga tidak kecil. Bentuknya sangat indah. Membuat gemas. Cara Papa menciumi sepasang payudara itupun bervariasi. Sebentar keras dan sebentar lembut. Dan darah yang mengalir di tubuh Mama semakin deras saja!
"Paaaa!! Kamu sering main perempuan!" tanya Mama ditengah-tengah napasnya yang terengah.
"Tidak sering, Mama. Baru beberapa kali saja." ujar Papa sambil membuka mulutnya dan memasukkan puting buah dada yang merah kecoklatan itu.
"Auww . . . !!" Mama menjerit lirih. Dan perempuan itu menggelinjang-gelinjang, bilamana puting buah dadanya dikulum oleh Papa. Dan untuk kesekian kali, Mama harus mengakui, bahwa kuluman bibir Papa sangat berbeda dengan kuluman bibir hbnya. "Hsssh, akh! Terus, Paaaa! Terussss, sayangghhh . . . !! Hmmmhhh . . . !!" dua telapak tangan Mama mengerumasi rambut Papa sambil menekankan.
Papa semakin terangsang. Sungguh nikmat puting buah dada itu. Dikulum oleh Papa. Dilepaskan. Dikulum. Dilepaskan lagi. Berganti-ganti kanan dan kiri. Dikulum lagi, dilepaskan lagi. Berulang-ulang dengan tak bosan-bosannya. Dan puting itu semakin tegang lagi. Papa melakukannya bervariasi. Sebentar lembut dan sebentar keras. Dan rasa geli bercampur kenikmatan semakin terasa. "Oukh, Papa! Teruskan, sayanghhh . . . !! Sssh ennnak, Paaaaaa!!!" mulut Mama mendecap-decap seperti orang kepedasan. Tersendat-sendat. Dan buah dada Mama semakin keras, pertanda perempuan itu kian terangsang. Lebih-lebih bilamana Papa menggeser-geserkan di antara gigigiginya. Nikmat! Dan napas Mama turun naik. "Papaaa!! Keras, dikit! Ya, ya. gitu. Aukh, Paaaaaa! Kok enakkkh, sihhhh !" dan Mama merintih-rintih.
Papa semakin bersemangat. Digigit-gigitnya pentil susu yang kenyal itu. Dihisapnya. Lalu dijilatinya dengan bernafsu. Sebentar ditinggalkannya, puting itu. Lalu Papa mengecupi buah dada ranum itu bertubi-tubi. Lalu kembali ke pentil susu .yang siap menanti. Dibisapnya lagi. Digigitinya. Dikulum-kulumnya Lalu dilepaskannya lagi. Sementara tangan Mama tak menentu mengerumasi rambut Papa, sehingga rambut lelaki itu menjadi acak-acakan.
Lama Papa mencumbu sepasang susu yang indah menggiurkan itu. Demikian pula dengan ketiak perempuan itu. Papa tak mau membiarkan menganggur. Ketiak Mama berbulu. Sesuai dengan selera Papa.
Papa menciumi ketiak Mama itu, lalu menurun sampai ke pinggang sebelah kiri. Naik lagi ke ketiaknya, menurun lagi sampai ke pinggangnya. Demikian berulang-ulang. Papa juga menggunakan ujung lidahnya untuk menjilatjilat sambil menggigiti keras dan lembut. "Uukh, Paaaaaa.....sungguh pintar membahagiakan perempuan . . . !!!" bisik Mama terputus-putus.
Permainan lidah Papa terus dengan gencar menyerang tempat-tempat di tubuh Mama yang sensitip. Dijilatinya perut Mama yang licin dan langsing. Pusarnya menjadi sasaran ciuman-ciuman Papa berulang-ulang. Sambil berbuat demikian, tangan Papa membelai-belai kedua paha Mama yang masih terkatup.
Mama sudah gemetar tubuhnya. Panas dingin. Ketika Mama menengok ke bawah, pandangannya beradu pada sesuatu di antara kedua paha Papa. Mama menelan ludah. Benda itu sejak tadi menggodanya. Mama menurunkan tangannya. Digenggamnya batang kontol Papa yang aduhai. Papa yang sedang menciumi sedikit di bagian bawah pusar Mama tertahan-tahan napasnya. "Oukh. Mama . . . !" katanya. Mama merasakan benda yang digenggamnya, yang baru separuh tegang, hangat dan besar. Senang sekali menggenggam seperti itu. Sementara itu. tangan Papa masih juga terus meraba-raba Mama berganti-ganti.
"Sabar, Mama!" bisik Papa. "Nanti Mama boleh berbuat apa saja terhadap punyaku. Tetapi sekarang, aku sedang ingin mencumbu tubuh Mama. Seluruh tubuh Mama! Kurang leluasa kalau Mama menggengam punyaku begini!"
Apa boleh buat. Meskipun Mama masih ingin menggenggam batang kontol yang luar biasa itu, terpaksa dilepaskan. Maka kini dengan leluasa melakukan aktifitasnya.
Dan . . . hhmmmh! Papa menahan napas bilamana pandangannya ditujukan ke selangkangan Mama. Bagian itu gompyok ditutupi rambut yang tebal keriting. Hmmh! Rambut kemaluan Mama bukan main lebat dan ikal. Menghitam! Kata orang, semakin tebal rambut kemaluan perempuan akan semakin enak kalau digituin. Papa menelan ludah. Jika menuruti nafsunya, tentu saja seketika itu juga Papa akan membenamkan batang kemaluannya yang sudah kian tegang, ke belahan daging hangat di balik rimbunan hutan lebat itu. Tetapi Papa bukanlah type lelaki yang serba grasa-grusu. Dia tidak akan menggituin perempuan, sebelum lebih dulu memberikan kesan yang sangat mendalam. "Oukh, Paaa!" Mama menepuk pipi Papa lembut. "Kau kok jadi berobah seperti patung! Apa aku ini aneh bagimu!"
Papa menelan ludah sambil tersenyum. "Bukannya aneh, Mama. Tetapi anumu, nih . . . !" ujar Papa sambil membelai rambut kemaluan Mama. "Rambut kemaluan ini indah dan menawan sekali. Baru rambutnya saja sudah begini menggiurkan, apalagi kemaluanmu. Tentunya enak sekali. Hmmh!"
Mama tertawa kecil. "Kau senang sekali pada rambut kemaluanku. Pa?!" tanya Mama sambil menggosok-gosok bulu-bulu rambut di dada Papa.
"Senang sekali, Mamaku cantik. Senang sekali," Papa masih terus dengan mesra membelai-belai rambut kemaluan yang indah itu.
"Kamu sering mengerjai perempuan yang rambut kemaluannya setebal punyaku!"
"Belum, Mama. Baru sekali ini.
Mama tertawa kecil lagi sambil mengerumasi ramhut Papa. "Nah, terserah kaulah. Perbuatlah apa saja yang kau sukai pada punyaku!"
Walaupun tanpa diperintah seperti itu, tentu saja Papa akan berbuat sesukanya terhadap kemaluan Mama yang kini sudah terpampang di hadapannya. Papa menggerai-geraikan rambut kemaluan yang tebal, panjang dan keriting itu. Lalu ditekan-tekannya. Lalu diciuminya. Kadang-kadang ditarik-tariknya. Mama merasakan kemesraan amat sangat. Secara naluriah, pahanya mulai membuka sedikit demi sedikit. Jari-jari tangan Papa bermain-main di pebukitan itu. Hmmh, mesranya! Selangit!
"Papaaaaaaaa !!" Mama merintih.
Papa menguakkan bibir-bibir kemaluan Mama. Hmm, tampak bagian dalamnya yang kemerahan. Sangat indah menawan. Papa menelan ludah. Beginilah kiranya kemaluan perempuan. Dengan mesranya, Papa meraba-raba vagina yang indah itu. Merah dan licin. Pada bagian atas, pada pertemuan antara dua bibir, tampak sekerat daging kecil. Papa memandangi sepuas-sepuasnya panorama indah mengesankan itu. Mama memijit hidung Papa agak kuat. "Oukh, Papa! Mengapa cuma melihati saja?! Memangnya punyaku barang tontonan!"
Papa tersenyum. Tahulah dia, bahwa Mama sudah kepingin sekali dikerjai vaginanya. Padahal Papa masih ingin lebih lama memandangi. Dengan mesra, jari-jari Papa menyentuhnya. Mama tergelinjang. "Wow! Hmmh, Paaaaaaa!! Ss sh, akh!" Mama menggeliat. Jari Papa terus juga bermain. Mengutik-utik kelentit yang nyempil aduhai.
Papa menempatkan di antara kedua paha Mama yang sudah mengangkang. Liang vagina yang sebaris dengan sibakan bibir inilah yang dapat menjepit dan memberikan kenikmatan kepada kontol. Lagi-lagi tangan Papa menyentuh kelentit yang cuma sekerat itu. Dan lagi-lagi Mama bergelinjang. Nikmatnya bukan main. Orang suka bilang, kelentit itu bisa berdiri. Benarkah?! Papa senang sekali dan mengulangi perbuatannya berkali-kali. "Oukh, geli, Paapaku! Geliiiii! Sssh, akhh . . . !!" Mama merintih-rintih.
Tingkah Papa saat itu, bagaikan kanak-kanak yang memperoleh permainan yang mengasyikan. Permainan yang tidak ada dijual di toko. Semakin giat Papa menyentuhi sekerat daging kecil itu. Mama mengerumasi rambut Papa.
Tidak puas dengan hanya menyentuh dengan tangan saja, bibir-bibir kemaluan yang ditumbuhi rambut itu, dikuakkan oleh Papa semakin lebar lagi. Kedua kaki Mama kini telah niengangkang selebar-lebarnya, menekuk ke atas. Sekarang, bagian dalam kemaluan itu telah terpampang selebar-lebarnya. Terbebas sama sekali. Sedetik kemudian, Mama terpekik: "Awww . . . !" Tubuhnya tersentak ke atas. Rupanya Papa telah membenamkan hidungnya ke dalam belahan daging yang aduhai itu. "Paaaaaaaa. . . !! Uf ! Ssssh ennnakhhh, Paaaaaaaaaaaaaa!!" Mama merintih-rintih sambil menekankan belakang kepala Papa dengan kedua tangnnya. Maka hidung Papa mulal menggusur ke sana-ke mari. Seperti akan membongkar seluruh bagian vagina Mama. Kaki Mama menendang-nendang ke atas, merasakan kenikmatan tidak bertara. Papa terus dengan giatnya menciumi. Vagina Mama menyebarkan aroma yang segar merangsang!
"Oukh, Bennn! Enak . . . enak . . . enak, sayangghhhh! Teruskan, Pa! Ayo, lebih cepat .dikit. Hmmmh Paaaaaaaa! Terus, sayang. Terus, terus, akhhhh !!"
"Aku juga, Mama! Aku . . . aku . . . juga enak," bisik Papa sambil juga menggunakan. lidahnya, menjilat dan menjilat.
Mata Mama merem melek. Kepalanya terlempar ke sana-ke mari. Lehernya menggeleyong-geleyong. "Paaaaaaaaaa! Kamu senang menciumi punyakuuuu . . . ?!! Shhh . . . !!!" tersendat-sendat suara Mama.
"Senang sekali, Mamaku! Punyaku jadi semakin tegang, nih!" kata Papa tersendat-sendat pula. Dan lidah Papa terus juga menjilat dan menjilat. Menyapu-nyapu kelentit Mama. Benar saja! Kelentit itu semakin tegak, menandakan Mama telah terbakar oleh nafsu birahi. Kedua kaki Mama terus menyentak-nyentak ke atas. Pantatnya diangkat dan digoyang-goyang. Oukh, sungguh, permainan yang mengasyikkan.
Papa benar-benar menyukai menciumi dan menjilati vagina Mama yang harum itu. Sama sekali tidak jijik. Justru sebaliknya. Ketagihan. Papa semakin rakus dan semakin rakus.
"Paaaaaaa!!! Hhhssshh. Hmmm . . . hmmmhhh!" suara Mama menggeletar. Badannya nienggeliat-geliat tak menentu. Tubuhnya menggelepar-gelepar, bilamana ujung lidah Papa mengait-ngait dan menusuk-nusuk liang vagina Mama yang terasa liat. Sentuhan-sentuhan lembut vagina yang berdenyut-denyut itu kian membakar nafsu birahi. Dan tiba-tiba Mama mengejang. "Papapaaaaaaaa . . . !! Sssh ! Akkkhhhuuu tak kuaattsss, sayaugghh . . . !!" Mama merentak-rentak.
"Ayoh, Mama! Keluarkan! Aku sudah siap menerima!" ujar Papa yang terus juga dengan bersemangat menusuknusuk vagina Mama dengan ujung lidahnya.
"Iyyaa, Paaaa! Akhhhu shhi . . . aukhh! Paaaaaa! Ennnakkhhhh, meronta-ronta bagaikan kesetanan. Berbarengan dengan jeritannya yang menyayat, Mama mengangkat pantatnya tinggi-tinggi dan menekankan belakang kepala Papa sekuat-kuatnya, sehingga tanpa ampun separuh wajah Papa membenam sedalam-dalam ke bagian dalam kemaluan Mama. Bertepatan dengan itu pula, menyemprotlah cairan hangat dan licin. Kental. Menyiram lidah Papa yang terus menusuk-nusuk lobang vagina Mama.
Papa yang memang sudah siap menerima, bagaikan kesetanan, menghirup habis cairan yang banyak sekali itu. Terus dijilat dan disapu bersih, masuk ke kerongkongannya. Sudah tentu Mama semakin berkelojotan, dikarenakan rasa nikmat yang luar biasa sekali. Sampai akhirnya tetes cairan yang terakhir. Tubuh perempuan itu melemas. Sedangkan Papa sendiri, merasakan pula nikmat luar biasa ketika mereguk cairan licin itu. Cairan kenikmatan Mama gurih sekali, lebih gurih dari pada segala yang paling gurih di dunia ini !
Papa tertunduk sambil menjilati sisa-sisa cipratan cairan Mama yang melekati pinggiran bibirnya. Mama melompat dan memeluk Papa kuat-kuat. "Oukh, Paaaa! Terima kasih, sayangl Kau hebat! Jantan! Kau mampu membuat perempuan bahagia!" dan Mama menciumi bibir Papa bertubu-tubi.
"Aku sampai kenyang menelan cairanmu. Banyak dan kental sekali! "ujar Papa
"Kau tidak jijik, Paaa ?!"
"Sama sekali tidak. Malah aku ketagihan. Kalau masih ada, aku masih mau meneguknya lagi!"
Mama tambah gembira. Menciumi lagi bibir Papa bertubi-tubi. Kemudian didorongnya tubuh lelaki muda itu sehingga tergelimpang di atas kasur. "Kau sudah mengerjai punyaku! Sekarang, ganti aku yang mengerjai punyamu!" ujar Mama yang segera menyergap selangkangan Papa.
"Auwww . . . !" Papa menjerit kaget.
Namun Mama tidak menghiraukan. Batang bazoka Papa yang sudah benar-benar tegak mengacung, sejak tadi sangat menggoda. Mama sudah ingin sekali menciumi dan mengemoti. Dan sekarang, keinginan itupun kesampaian.
Dengan mesranya Mama membelai-belai batang kemaluan itu yang bukan main luar biasa besar dan panjangnya. Demikian pula dengan kepalanya yang berkilat dan membengkak. "Oukh, punyamu hebat sekali, Ben! besar dan panjang. Hmmhh . . . !!!" Mama terus juga membelai sambil sesekali menggenggam. Mulai dari pangkalnya yang dipenuhi rambut lebat sampai ke ujungnya yang berkilat dan membengkak, berbentuk topi baja.
"Kamu suka pada punyaku, Mamaku?!" tanya Papa sambil membiarkan Mama mengeser-geserkan kontolnya yang hebat itu ke pipi dan matanya.
"Suka sekali, Pa! Tetapi ugh! Punyamu besar banget. Bengkak! Aku jadi ngeri!"
"Ngeri kenapa?!"
"Ngeri kalau-kalau vaginaku sobek dan rusak!"
Papa teatawa kecil. "Kau ini ada-ada saja. Kan semakin besar semakin enak!"
"Iya! Tetapi punyamu ini besarnya nggak ketulungan!" ujar Mama.
Papa tertawa lagi. Batang kontolnya berkejat-kejat digenggaman Mama. "Aku belum pernah merasakan batang kontol yang besar dan panjangnya kayak punyamu ini," ujar Mama lagi.
Papa merasakan geli dan nikmat bukan main ketika Mama menciumi kontolnya yang semakin membengkak. Rasa geli yang nikmat dirasakan Papa. Tubuh lelaki itu kejang. Matanya membeliak-beliak. "Hmmh, Mama! Sssh . . . !" mulutnya mulai merintih-rintih.
Sambil menciumi, Mama memijit-mijit batang bazoka yang keras bagaikan tonggak itu. Menjadikan Mama gemes. Ujung lidah menciumi benda aduhai itu. Benda yang dapat memberikan kenikniatan luar biasa kepada wanita. "Papaku! Perempuan-perempuan yang sudah kau kerjai, pasti pada ketagihan!" ujar Mama.
Papa tidak menjawab. Dia mendacap-decap bagaikan orang kepedasan. Tengah meresapkan kenikmatan yang luaz biasa. Lezat!
Alat vital dalam genggaman Mama itu semakin membengkak dan semakin memanjang lagi. Mama yang gemas bukan main, semakin tak tahan. Segera dia menempatkan dirinya sebaik-baiknya diantara kedua kaki Papa yang tertekuk. Kedua paha Papa terlentang selebar-lebarnya, sehingga tangan kanan Mama menggenggam alat vital yang kencang itu, tangan kirinya memhelal-belai rambut kemaluan Papa yang tebal dan ikal, tumhuh sanipai ke pusar. Merinding bulu-bulu roma Mama bilamana dia menciumi seluruh batang dan kepala kemaluan yang luar biasa itu. Bukan main. jari jari Mama hampir tidak muat menggenggam alat vital yang luar biasa itu. Memang inilah yang sangat disukai Mama. Dulu, dia pernah mendapatkan lelaki yang juga memiliki bazoka besar. Dan sejak itu, Ningsih sangat merindukannya. Dan baru sekarang, dia memperolehnya kembali setelah bertahun-tahun berselang. Mama yang semakin gemas segera menjulurkan lidahnya, menjilat batang kemaluan itu. Lalu dingangakannya mulutnya dan dimasukkannya bazoka luar biasa itu. Keruan saja Papa menggelinjang kaget namun nikmat. "Ouw, Mamaaaaa! Hmmh . . . enak sekali, Mama!" Papa merintih. Kedua kakinya terangkat naik dan menyepak-nyepak ke atas.
Mendengar rintihan Papa, Mama jadi semakin bersemangat. Kepala bazoka yang berbentuk topi baja itu dikulumnya. Digigitnya. Tingkah Mama tidak ubahnya, bagaikan seseorang yang mendapat makanan lezat. Nikmat sekali. Sampai matanya terpejam-pejani. Air liurnya menetes-netes. Kepala yang berbentuk topi baja itu sangat hangat dan. kenyal. Demikian pula halnya dengan Papa. Kunyahan-kunyahan mulut Mama dirasakannya sangat nikmat dan merangsang nafsu birahinya. Papa merintih-rintih. Kedua kakinya semakin menyepak. Matanya mebeliak-beliak, sehingga hanya putihnya saja yang tampak. Mama kian bersemangat. Sekarang, bukan hanya kepalanya saja yang dikulum dan digigiti Mama, tetapi seluruh batang kemaluan yang perkasa itu. Semntara itu, kedua telapak tangan Mama tidak tinggal diam. Sementara mulutnya mengulum, tangannya menarik-narik rambut kemaluan Papa yang luar biasa lebarnya. Dan tangan yang satu lagi mempermainkan sepasang biji milik Papa.
"Enak, Ben . . . ?!" tanya Mama ditengah-tengah kesibukannya.
"Enak sekali Mama. Ennaaakkkh !!!" Papa berusaha menyahuti tersendat-sendat. Kedua tangannya.
Mama terus juga melalap senjata yang luar biasa itu. Demikianlah secara beraturan, kepala dan batang kontol Papa keluar masuk mulut Mama. Pada waktu masuk, mulut Mama sampai kempot. Sedangkan pada waktu keluar sampai monyong. Semakin lama semakin cepat. Tubuh Papa gemetar. Jemarinya mencengkeram rambut Mama kuat-kuat. Rintihan . . . rintihannya semakin menghebat, sementara Mama kian gencar menyerbu menggebu-gebu. Akhirnya, Papa menjerit histeris. Pantatnya diangkatnya tinggi-tuiggi, sedangkan kedua telapak tangannya menekan belakang kepala Mama kuat-kuat. Dan batang serta kepala kemaluan Papa pun membenam sedalam-dalamnya, merojok sampai ke tenggorokan Mama. Dengan bersemangat sekali, tangan Mama mengocok pangkal kemaluan Papa dengan cepat dan mesra. Dan tanpa ampun lagi : "Crroott! Crrrroooottss! Crrottttsssss . . . !!!" menyemprotlah cairan kental dari dalam batang kemaluan yang berdenyut-denyut dengan dahsyatnya. Daya semprotnya luar biasa sekali. Tubuh Papa menggigil. Mama tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan nikmat sekali disedotnya batang kemaluan Papa. Maka tanpa ampun, bergumpal-gumpal cairan kenikmatan Papa, tertumpah semuanya ke dalam mulut dan tenggorokan Mama. Mata Mama sampai terpejam-pejam, menelan seluruhnya sampai tetes terakhir. Papa setengah mengeluh memejamkan matanya. Tubuhnya lemas tidak bertenaga. "Oukh, Mama. Kau sungguh hebat!" bisiknya.
Mama tertawa sambil menyeka mulutnya yang sebagian masih dibasahi sisa-sisa cairan kental. "Bagaimana, Paaa?! Enak?!" tanya Mama.
Papa menarik lengan Mama, sehingga perempuan itu jatuh ke dalam dekapannya. "Enak sekali, Mama. Oukh, enak sekali! Kaupun mampu membahagiakan lelaki!" ujar Papa.
Mama tersenyum mendengar pujian Papa, "Aku haus, Pa. Tolong ambilkan aku minum di meja itu, dong!" ujar Mama.
Papa melompat turun dari tempat tidur, menuangkan Fanta merah dari botol besar ke gelas sampai penuh. Kemudian memberikannya pada Mama. Mama meneguknya dengan lahap. Haus sekali rupanya. Sampai habis tiga perempat gelas. Kemudian Papa menuangkan lagi ke gelas sampai penuh, kemudian meneguknya sampai habis.
"Papa . . . !" mata Mama berkejap-kejap. Punyaku sudah ingin sekali dimasuki punyamu." Dan Mama melirik ke selangkangan Papa. Senjatanya masih tegang mengacung.
"Kita istirahat dulu sebentar ya, sayang!" bisik Papa sambil membelai rambut Mama.
HANYA SEPULUH menit mereka membutuhkan waktu istirahat. Papa naik ke atas tubuh Mama yang sudah siap menanti. Kedua susunya menyembul putih bagaikan salju. Benar-benar menantang. Pinggangnya ramping dan pinggulnya mekar dan indah. Papa menciumi bahu dan payudara Mama, sementara bazokanya yang sudah benar-benar tegang menggeser-geser di paha Mama.
Mama menggenggam batang bazoka Papa yang sangat kekar. Sambil membalas ciuman-ciuman Papa yang bertubi-tubi dibimbing dan kemudian ditempatkannya kepala kemaluan Papa yang sudah membengkak tepat di ambang gua vaginanya. Sementara itu, kedua paha Aningsih sudah direntangkannya selebar-lebarnya. "Papaaaaaaa . . . !! Pelan-pelannn, sayanghhh!!" bisik Mama gemetar. "Kepunyaanmu besar sekali!"
Papa mengangguk. Dirasakannya kehangatan menyengat pada kepala kontolnya. "Ayoh, Paaaaaa! Tekan, sayangghh!! Sssshh . . . pelan-pelllaann !!" Mama memejamkan matanya.
Papa mendorong pantatnya. Dan kepala kontolnya pun melesak, dan: "Auww . . . !!!" Mama menjerit tertahan. "Papapapaaaaa!! Sssaakkhittsss!" dan tubuh Mama mengejang, bergetar menahan rasa perih.
Papa mengerti. Dia tidak main asal tabrak saja. Dinantikannya sampai rasa sakit Mama. Papa merasakan lobang vagina Mama menjepit keras, mencekik leher kontolnya. Adduuuhhh! Bukan main nikmatnya!
"Ayoh, Paaaa! Tekan lagi!" bisik Mama setelah rasa sakit itu hilang.
Papa menekan lagi. Dan srrrt! Dan batang kontol Papa yang luar biasa besarnya itu melesak lagi sampai sepertiga. Dan sebagaimana yang pertama, Mama tersentak sambil menjerit: "Addduuhhh! Paaapaaaaaaaa! Ssssaakkhittss "
"Tahankan, sayang!" bisik Papa sambil tersenyum dan bertulang mengecupi mata Mama yang berlinang. "Nanti kau akan merasakan nikmat yang luar biasa!"
Papa membiarkan kontolnya membenam sampai sepertiga, kemudian ditariknya perlahan-lahan sampai sebatas leher kemaluannya. Lalu ditekannya kembali pantatnya. Dan batang bazoka yang luar biasa itupun menggelosor masuk. Lagi-lagi Mama merasakan kemaluan Papa bagaikan membongkar seluruh lorong vaginanya. Mama menggigit bibirnya sendiri, menahan rasa sakit dan linu. Namun lama kelamaan, rasa sakit dan linu itu semakin berkurang dan semakin berkurang lagi. Sebagai gantinya,kontol Papa keluar masuk mulai mendatangkan rasa nikmat luar biasa. Keluar-masuk. Keluar masuk! Demikian berulang-ulang. Bless! Slessep! Bless! Slessep! Bagaikan kereta api yang sedang langsir. Tetapi terbatas hanya sampai separuh saja. Pada waktu didorong masuk, vagina Mama sampai kempot. Dan pada waktu ditarik, sampai monyong . . . Hmmm! Kepunyaanmu enak sekali, sayang. Sempit sekali. Rasanya hampir lecet kepunyaanku," kata Papa.
"Kepunyaanmu terlalu besar, Papaku," ujar mama sambil menggoyang-goyangkan pantatnya. Hal mana semakin mendatangkan nikmat bagi Papa. Demikian pula bagi Mama. Pinggulnya yang besar dan montok itu melakukan gerakan memutar, seirama dengan keluar-masuknya batang kontol. "Bagaimana, sayang?! Masih sakit?!" tanya Papa sambil mengecupi belakang telinga Mama. Mama menggelinjang-gelinjang geli.
"Kemaluanmu enak sekali, sayang! Betul-betul lezat." bisik Mama.
"Nah, apa kataku tadi. Rasa sakitmu cuma sebentar, kan?!" ujar Papa. "Kemaluanmu juga enak, Mama. Enak sekali!"
"Papaaaaa . . . !!" Ujar Mama yang tersenyum bangga, menerima pujian Papa.
"Ada apa?!" tanya Mama
"Apakah kepunyaankn betul-betul enak?!"
"Enak sekali, sayang. Kepala kontolku bagaikan dipijit dan disedot-sedot. Pokoknya lezaaatttss . . . !!" Papa meliuk-liuk ke sana-ke mari. Tenutunya diapun sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa sebagai akibat pijitan-pijitan dinding-dinding lorong kemaluan Mama yang bagaikan hidup. Sementara itu, cairan lendir semakin membajiri lorong kemaluanku. Semakin licin dan basah.
"Nah. manisku! Lorongmu semakin lancar sekarang," bisik Papa dengan mesranya. "Bagaimana kalau kubenamkan seluruh batang kontolku?!"
"Ayoh, sayang! Aku sudah siap," kata Mama sambil mengangkangkan kedua pahanya lebih lebar.
Dan Papa pun mendorong pantatnya sehingga kemaluannya lebih dalam membenam ke dalam lobang vagina Mama. Blesss! Wow!, Mama bagaikan melayang ke langit ketujuh. Terasa benar bagaimana menggelosornya benda itu. Nikmat sekali. Tetapi Mama jadi agak kecewa ketika Papa menghentikan dorongannya. Batang kemaluannya yang kukuh bagaikan tonggak itu belum seluruhnya masuk. Mama jadi penasaran dan mengangkat pantatnya tinggi-tinggi. "Masukkan semua, Pa! Jangan disisakan laghhiiiii! Masukkan, dorongghh . . . .!!" kaki Mama menjepit pinggang Papa. Dan tangannya, berusaha mendorong pantat Papa ke bawah. Papa mengerti, Mama sudah histeris. Sudah ingin menikmati seluruh batang kemaluannya tanpa sisa lagi. Tetapi bukannya mendorong, Papa malah mengangkat pantatnya. Dan kemaluannya menggelosor ke luar. Mama jadi penasaran. Diangkatnya pantatnya setinggi-tingginya. Bertepatan dengan itu, Papa mengayunkan pantatnya kuat-kuat. Dan . . . blashhh!! Tanpa ampun, seluruh batang kemaluannya yang kokoh, indah . . . dan perkasa itu menghunjam dan membenam sedalam-dalamnya ke liang kemaluan Mama. Mama menjerit sekuat-kuatnya. Tubuhnya meronta-ronta ke sana-ke mari, bagaikan sapi disembelih. Dan, "Crot! Crrrt! Crrrotttss . . . !!" semua cairan mani yang tersimpan di dalam kandungannya, menyemprot seketika. Banyak sekali. Membanjiri seluruh lobang gua Mama. Suatu kenikmatan luar biasa yang sebelumnya belum pernah dirasakan oleh Mama. Dan bersamaan dengan jeritan Mama, Papa pun mengeram kuat. sambil merangkul tubuh Mama kuat-kuat. Mama merasakan tubuhnya bagaikan remuk. Hmmmh!" Akh. Mama! Hmmm! Akkkkhhhuuu keluarrr, sssh! Mamaaaaa . . . sssh, ennnnaakhh!!" Papa meracau sambil meronta-ronta. Matanya membeliak-beliak ke atas, sementara kepalanya terlontar ke sana-ke mari. Dan bersamaan dengan itu, Mama merasakan batang kontol Papa berdenyut-denyut keras dan memuntahkan lahar panas. Berkali-kali terasa semprotansemprotan itu. Maka lobang kemaluanku pun semakin membanjir.
Setelah beberapa detik lamanya merasakan dirinya terlontar ke angkasa, Papa merasakan dirinya lemas. Dan tergulirlah dari atas tubuh Mama. Keduanya merasakan kepuasan amat sangat. Mama memijit hidung Papa. "Luar biasa sekali," ujar Mama. "Kaulah satu-satunya lelaki yang berhasil memuaskanku, Papaku!Sungguh!"
"Aku juga begitu, Mama. Baru kaulah yang benar-benar memuaskan diriku!" balas Papa. Lalu keduanya berkecupan dengan mesranya.
"Oukh, Papa! Hmmhh . . . ssshhh . . . !!" Mama gemetar tubuhnya. Tetapi cuma sesaat. Mama yang sudah mulai terbiasa menikmati kepunyaan Papa segera hilang rasa sakitnya. Dan Mama menekan lagi. Blassssh! ! !" Oukhhhh, Paaaaaaaaaa! Hmhhh . . . enak sekali , sayang hhhhh. Ssssh . . . !!" Mata Mama membeliak-beliak. Batang Kontol Papa telah amblas seluruhnya ke pangkal-pangkalnya. Mama merasakan kenikmatan bukan alang kepalang. Demikian pula halnya Papa. Dinding-dinding vagina Mama bagaikan hidup, menekan-nekan batang kemaluan Papa. Nikmaaaaat! Mama menarik lagi pantatnya ke atas. Dan . . . uf! Seluruh isi bagian dalam lorong vagina Mama bagaikan terbongkar bersamaan dengan menggelosornya kontol Papa. Demikian pula Papa. Lorong vagina Mama bagaikan menyedot-nyedot. Papa mendesah-desah. Mama bagaikan kesetanan, menggoyang-goyangkan pantat dan pinggulnya yang besar, montok dan putih itu. Papa mengangkat pula pantanya, mengimbangi gerakan-gerakan Mama. Ternyata dengan posisi ini, cukup mendatangkan kenikmatan juga. Mama di atas dan Papa di bawah. Sambil terus juga dengan bersemangat menaik turunkan pantatnya. Mama menciumi bibir Papa bertubi-tubi. Papa membalas tak kalah semangat.
Lidahnya masuk dan mengait-ngait lidah serta gigi-gigi Mama yang bersih, putih dan bagus bentuknya. Sementara itu, tangan Papa pun tidak tinggal diam, meremas-remas payudara Mama yang kenyal, padat dan besar. Tentu saja dengan remasan-remasan mesra!
Mama semakin lama semakin kesetanan. Papa pun demikian pu1a. Keduanya merasakan ada sesuatu yang mendesak-desak darl dalam diri mereka. Semakln lama desakan-desakan itu semakin kuat sehingga membuat napas mereka tersendat-sendat. Ibarat orang yang sedang mendaki bukit untuk mencapai puncak. "Ehb, Papaaaaaaaa . . . !!!"
"Hmnmh! Sssh . . . oukh, Mama! Cepat dikit, sayang! Ayoh, Mama!"
"Paaaaaaaa! Sash . . . eng! Ennaaaaaakhh, say . . . !!"
"Sssst! Hmmmh . . . !!"
"Papaaaaaaaaaa! Akh! Akhhuu mau keluarrrr . . . say!"
"Sayyyaaa jugghaaa, Mam . . . ! Oukh! Ayoh,Mama! Putar terus! Semangat, Mama! Semangat! Oukh . . . !!"
"Paaaaaaaaa !!!" Mama semakin kesetanan. Tangannya mengerumasi dada Papa, sehingga Papa kesakitan. Namun bercampur enak. Demikian pula dengan tangan Papa. Membantu pantat dan pinggul Mama. Disaat menurunkan pantatnya, Papa membantu dengan menekankan pantat Mama kuat-kuat ke bawah. Blasssh!! Maka tanpa ampun, amblaslah seluruh Kontol Papa ke dalam kemaluan Mama. Masuk ke pangkal-pangkalnya!
"Paaaaaa!!" Mama meronta-ronta di atas tubuh Mama." Ennnaaakhh, Paaaa! Akkhhuuu tak kuatttsss laggghhhi, say!! Akhhu kelluuuuarrr! Ssssh . . . akkkhhhh . . . !!" bersamaan dengan jeritan Mama, tubuh perempuan itu berkelojotan ke sana-ke mari. Kedua kakinya menyepak-nyepak. Mama mencapai puncak kenikmatan sempurna, yang tidak pernah diperolehnya dari suaminya yang tua. Benteng pertahanannya bobol! Bertubi-tubi bagian dalam lobang vaginanya menyemprotkan cairan kental, hangat dan licin.
Secara hampir bersamaan pula Papa pun mengeram keras. Bagaikan harimau lapar, Papa memeluk Mama kuat-kuat. Dan kemudian dengan sigap, Papa membalikkan tubuhnya, sehingga tubuh Mama yang berada di bawah. Papa menekan kuat sehingga Mama gelagapan. Batang kontol Papa berdenyut-denyut keras. Dan cairan kental, hangat dan licin pun bertubi-tubi pula menyembur, membanjiri lorong vagina Mama yang memang sudah banjir!
Mama tergelincir dari atas tubuh Papa. Terkulai lemas. "Paaaaaaaa! Oukh, aku puasss sekali!" bisik Mama sambil memeluk Papa dari samping.
Papa tak menjawab. Memandang langit-langit. Batang kontolnya masih tegak. Basah dan licin bekas-bekas cairan kenikmatan mereka berdua. Mama menciumi Papa bertubi-tubi. Tangannya meluncur ke bawah dan mulai mengurut-urut batang Kontol Papa yang kehitaman. Rupanya Mama termasuk perempuan bertemperamen panas juga. Nafsunya menggebu-gebu. Merupakan pasangan setimpal dengan Papa. Diurut-urut terus oleh Mama mesra, nafsu Papa bangkit kembali. Napas Papa mulai lain. Mama senang sekali. Dia melompat dari sikap berbaringnya.
"Ayoh, Paaaaa...... Timpah aku dari belakang!" ujarnya sambil mengambil posisi nungging. Pantatnya yang besar dan montok itu diacu-acukan ke depan. Melihat pemadangan yang sangat merangsang itu, Papa, tak kuat lagi menahan diri. Dia melompat ke belakang pantat Mama. Dengan bernafsu, Papa meremas-remas dan menggigiti bungkalan pantat Mama yang bundar dan putih. "Ayoh, Paaaa! Timpah aku! Hantam, Paaaaa! Hantam! Jangan sungkan-sungkan! Lakukan saja sekehendakmu!"
Ditantang seperti itu, tentu saja Papa yang berdarah jantan dan panas, tidak akan mundur. lnilah yang membuat Mama senang; sekali. Papa benar-benar kuda. Berapa kalipun melakukan sanggama, dia tetap siap. Tidak seperti kebanyakan lelaki-lelaki lain, yang sudah loyo hanya baru sekali atau dua kali bertempur saja.
Papa mengambil posisi di belakang tubuh Mama yang nungging. Digenggamnya batang kontolnya yang sudah siap tempur. Diselipkan diantara belakang kedua paha Mama, dan kemudian menerobos bibir-bibir kemaluan Mama yang mencuat dan sudah terbelah. Dan, "Ehg . . . !!" Mama menahan napasnya. Kepalanya menyentak ke atas. Walaupun sudah terbiasa, mencicipi kepunyaan Papa, namun pada saat pertama kali kepala kemaluan yang bengkak itu menyelip, selalu Mama merasa kaget dan sedikit sakit!
"Ayoh, Paaaa! Aku sudah siap . . . !!" ujar Mama dengan tubuh sedikit bergetar, menahan berat tubuh Papa yang memeluk pinggangnya dari belakang. Mama lebih menunggingkan pantatnya, sehingga bukit kemaluannya yang sudah bengkak itu semakin mumbul. "Hantammm, Paaaaa!" ujar Mama yang seolah-olah komandan memberikan aba-aba pada anak buahnya untuk bertempur.
Papa segera melakukan tugasnya. Mengayun pantatnya. Dan batang kontol yang segede alaihim itupun menggelosor masuk, menerobos belahan daging kemaluan Mama dari belakang. Mama meringis-ringis, merasakan nikmat yang tidak bertara. Seluruh urat-urat tubuhnya bagaikan mengembang. "Terus, terus Paaaaaapaaa! Semuanya, sayangghhh . . . !! Jangan disisakan! Semuanya . . . oukhhhhh!!" Mama merintih-rintih dengan suara sengau.
Papa merasakan hangat menyengat dan pijitan-pijitan lembut dinding-dinding vagina Mama membuat nafsunya semakin bergelora. "Oukh, Mama! Enaakhhh banget, khoook?!" Papa menggumam dengan mata merem melek. Pada waktu senjata Papa menggelosor masuk, Mama mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, menyambut terobosan maut yang sangat mesra itu. "Ayoh, Paaaaa! Hantammm terus! Yang keras, sayang! Kerassss, Paaaaaaa! Kerasssshhhh . . . !!"Mama mcnggoyang-goyangkan dan memutar-mutar pinggul dan pantatnya dengan mesra sekali. Pada waktu Papa menarik senjatanya, Papa agak sedikit menekan pantatnya, sehingga Papa merasakan batang kontolnya yang luar biasa itu bagaikan dipulir-pulir. Oukh, nikmatnya! Bukan main! Inilah yang membuat Papa terkesan oleh Mama!
collection of shoes, kinds of birds, Aerial Geologist, travel, Nautical Living, punk word, Future home design, beautiful girl, classic tattoos, Explosion, Sport Cars, My Tattoos, sexs position, guinness, beauty actress, naruto hokage, animals, goku and gohan z, sports bikes and cars, naruto shippuden, Tattoos-tattoos, calligraphy for you, my graffiti style, tattoos for all, classic engine v, wallpaper home decor, tattoo tree, casual, hinduism tattoos, foot tattoos for girls, my scorpio tattoos collection, eyes tattoos collection, house design , expensive new cars, flower tattoos collections, Unique Cars Tattoos, Love, Wild Deer Tattoos, modern nail color, popular tattoos in the world, beautiful waterfalls, Fashion, Tiger tattoos, tattoos cartoon character, cartoon characters, Sex Style Position, crown tattoos, Fairy Tattoos, fashion clothes, High heels shoes for Women, woman xxx, blog for tattoos, My Tattoos, Birds, Sexuality, Wild life, Guns, Science, Casino, Sexs Toys, Daisy tattoos, Lotus tattoos, Butterfly tattoos woman, actress prettiest actress, the star's wardrobe, buy and sell home, my style body, girls tattoos desighn, sharingan uchiha, hair models, beauty birds, The Latest Hairstyles For Women, Wing Tattoos For You, Lower Back Tattoos Popular, Home Design, Car Modification, Motor Replacements, Expensive Cars, Fairy Tattoos, Foot Tattoos Update, Tattoo Designs, Tattoo Designs, Fairy Tattoos, The Latest Hairstyles For Women, fashion clothes, expensive new cars, sports bikes and cars, Sport Cars, travel, Hairstyle Celebrity, wedding, automotive, weight loss, diet, insurance, cell phone, Mortgage, shoes, mlnjr, giovannaduepuntozero, Tattoos For Women, Beauty, Beauty Flower Tattoos, Nail design, Bull Tattoos for Men, Beauty, health care, Skin Care