Translate

Gairah Suami Istri

Bukan baru sekali ini Mama bermain, sebab Mama udah nikah sama Hb di Bandung. Tetapi secara jujur, Mama harus mengakui, bahwa lelaki seperti Papa sangat jarang ditemuinya. Lelaki bertampang ganteng dan panas. Jantan! Romantis.
Mama membiarkan saja Papa meraba-raba sepasang buah dadanya yang montok ranum. Lengkap dengan putingnya yang kemerahan tegak menantang ke atas. Puting itu bergetar-getar, seirama dengan gerakan-gerakan bukit indah itu. Dan Papa meremasnya dengan lembut. Lembut sekali. Penuh perasaan.
Mama merengek manja. Menggeliat sambil merintih. Matanya meredup. Oukh, telapak tangan Papa hangat dan seakan-akan mengandung magnit. Membuat Mama jadi terangsang. Tangan lelaki itu masih juga meremas. Berpindah-pindah. Puas sebelah kanan. Beganti dengan sebelah kiri. Bervariasi dengan tekanan-tekanan yang romantis. Mendatangkan rasa geli-geli dan nikmat. "Oukh, Paaaaaaa! Hmmnrhhh . . . sssh, akh!" ujar Mama sambil membusungkan dada yang sedang diremas Papa, agar Mama lebih dapat meresapkan rasa geli-geli nikmat itu.
Papa memang pintar menaikkan rangsang perempuan sedikit demi sedikit. Bukan hanya tangannya saja yang pintar bermain. Tetapi juga hidung dan mulutnya. Hidungnya menciumi permukaan payudara yang padat dan montok itu. Tidak terlalu besar dan juga tidak kecil. Bentuknya sangat indah. Membuat gemas. Cara Papa menciumi sepasang payudara itupun bervariasi. Sebentar keras dan sebentar lembut. Dan darah yang mengalir di tubuh Mama semakin deras saja!
"Paaaa!! Kamu sering main perempuan!" tanya Mama ditengah-tengah napasnya yang terengah.
"Tidak sering, Mama. Baru beberapa kali saja." ujar Papa sambil membuka mulutnya dan memasukkan puting buah dada yang merah kecoklatan itu.
"Auww . . . !!" Mama menjerit lirih. Dan perempuan itu menggelinjang-gelinjang, bilamana puting buah dadanya dikulum oleh Papa. Dan untuk kesekian kali, Mama harus mengakui, bahwa kuluman bibir Papa sangat berbeda dengan kuluman bibir hbnya. "Hsssh, akh! Terus, Paaaa! Terussss, sayangghhh . . . !! Hmmmhhh . . . !!" dua telapak tangan Mama mengerumasi rambut Papa sambil menekankan.
Papa semakin terangsang. Sungguh nikmat puting buah dada itu. Dikulum oleh Papa. Dilepaskan. Dikulum. Dilepaskan lagi. Berganti-ganti kanan dan kiri. Dikulum lagi, dilepaskan lagi. Berulang-ulang dengan tak bosan-bosannya. Dan puting itu semakin tegang lagi. Papa melakukannya bervariasi. Sebentar lembut dan sebentar keras. Dan rasa geli bercampur kenikmatan semakin terasa. "Oukh, Papa! Teruskan, sayanghhh . . . !! Sssh ennnak, Paaaaaa!!!" mulut Mama mendecap-decap seperti orang kepedasan. Tersendat-sendat. Dan buah dada Mama semakin keras, pertanda perempuan itu kian terangsang. Lebih-lebih bilamana Papa menggeser-geserkan di antara gigigiginya. Nikmat! Dan napas Mama turun naik. "Papaaa!! Keras, dikit! Ya, ya. gitu. Aukh, Paaaaaa! Kok enakkkh, sihhhh !" dan Mama merintih-rintih.
Papa semakin bersemangat. Digigit-gigitnya pentil susu yang kenyal itu. Dihisapnya. Lalu dijilatinya dengan bernafsu. Sebentar ditinggalkannya, puting itu. Lalu Papa mengecupi buah dada ranum itu bertubi-tubi. Lalu kembali ke pentil susu .yang siap menanti. Dibisapnya lagi. Digigitinya. Dikulum-kulumnya Lalu dilepaskannya lagi. Sementara tangan Mama tak menentu mengerumasi rambut Papa, sehingga rambut lelaki itu menjadi acak-acakan.
Lama Papa mencumbu sepasang susu yang indah menggiurkan itu. Demikian pula dengan ketiak perempuan itu. Papa tak mau membiarkan menganggur. Ketiak Mama berbulu. Sesuai dengan selera Papa.
Papa menciumi ketiak Mama itu, lalu menurun sampai ke pinggang sebelah kiri. Naik lagi ke ketiaknya, menurun lagi sampai ke pinggangnya. Demikian berulang-ulang. Papa juga menggunakan ujung lidahnya untuk menjilatjilat sambil menggigiti keras dan lembut. "Uukh, Paaaaaa.....sungguh pintar membahagiakan perempuan . . . !!!" bisik Mama terputus-putus.
Permainan lidah Papa terus dengan gencar menyerang tempat-tempat di tubuh Mama yang sensitip. Dijilatinya perut Mama yang licin dan langsing. Pusarnya menjadi sasaran ciuman-ciuman Papa berulang-ulang. Sambil berbuat demikian, tangan Papa membelai-belai kedua paha Mama yang masih terkatup.
Mama sudah gemetar tubuhnya. Panas dingin. Ketika Mama menengok ke bawah, pandangannya beradu pada sesuatu di antara kedua paha Papa. Mama menelan ludah. Benda itu sejak tadi menggodanya. Mama menurunkan tangannya. Digenggamnya batang kontol Papa yang aduhai. Papa yang sedang menciumi sedikit di bagian bawah pusar Mama tertahan-tahan napasnya. "Oukh. Mama . . . !" katanya. Mama merasakan benda yang digenggamnya, yang baru separuh tegang, hangat dan besar. Senang sekali menggenggam seperti itu. Sementara itu. tangan Papa masih juga terus meraba-raba Mama berganti-ganti.
"Sabar, Mama!" bisik Papa. "Nanti Mama boleh berbuat apa saja terhadap punyaku. Tetapi sekarang, aku sedang ingin mencumbu tubuh Mama. Seluruh tubuh Mama! Kurang leluasa kalau Mama menggengam punyaku begini!"
Apa boleh buat. Meskipun Mama masih ingin menggenggam batang kontol yang luar biasa itu, terpaksa dilepaskan. Maka kini dengan leluasa melakukan aktifitasnya.
Dan . . . hhmmmh! Papa menahan napas bilamana pandangannya ditujukan ke selangkangan Mama. Bagian itu gompyok ditutupi rambut yang tebal keriting. Hmmh! Rambut kemaluan Mama bukan main lebat dan ikal. Menghitam! Kata orang, semakin tebal rambut kemaluan perempuan akan semakin enak kalau digituin. Papa menelan ludah. Jika menuruti nafsunya, tentu saja seketika itu juga Papa akan membenamkan batang kemaluannya yang sudah kian tegang, ke belahan daging hangat di balik rimbunan hutan lebat itu. Tetapi Papa bukanlah type lelaki yang serba grasa-grusu. Dia tidak akan menggituin perempuan, sebelum lebih dulu memberikan kesan yang sangat mendalam. "Oukh, Paaa!" Mama menepuk pipi Papa lembut. "Kau kok jadi berobah seperti patung! Apa aku ini aneh bagimu!"
Papa menelan ludah sambil tersenyum. "Bukannya aneh, Mama. Tetapi anumu, nih . . . !" ujar Papa sambil membelai rambut kemaluan Mama. "Rambut kemaluan ini indah dan menawan sekali. Baru rambutnya saja sudah begini menggiurkan, apalagi kemaluanmu. Tentunya enak sekali. Hmmh!"
Mama tertawa kecil. "Kau senang sekali pada rambut kemaluanku. Pa?!" tanya Mama sambil menggosok-gosok bulu-bulu rambut di dada Papa.
"Senang sekali, Mamaku cantik. Senang sekali," Papa masih terus dengan mesra membelai-belai rambut kemaluan yang indah itu.
"Kamu sering mengerjai perempuan yang rambut kemaluannya setebal punyaku!"
"Belum, Mama. Baru sekali ini.
Mama tertawa kecil lagi sambil mengerumasi ramhut Papa. "Nah, terserah kaulah. Perbuatlah apa saja yang kau sukai pada punyaku!"
Walaupun tanpa diperintah seperti itu, tentu saja Papa akan berbuat sesukanya terhadap kemaluan Mama yang kini sudah terpampang di hadapannya. Papa menggerai-geraikan rambut kemaluan yang tebal, panjang dan keriting itu. Lalu ditekan-tekannya. Lalu diciuminya. Kadang-kadang ditarik-tariknya. Mama merasakan kemesraan amat sangat. Secara naluriah, pahanya mulai membuka sedikit demi sedikit. Jari-jari tangan Papa bermain-main di pebukitan itu. Hmmh, mesranya! Selangit!
"Papaaaaaaaa !!" Mama merintih.
Papa menguakkan bibir-bibir kemaluan Mama. Hmm, tampak bagian dalamnya yang kemerahan. Sangat indah menawan. Papa menelan ludah. Beginilah kiranya kemaluan perempuan. Dengan mesranya, Papa meraba-raba vagina yang indah itu. Merah dan licin. Pada bagian atas, pada pertemuan antara dua bibir, tampak sekerat daging kecil. Papa memandangi sepuas-sepuasnya panorama indah mengesankan itu. Mama memijit hidung Papa agak kuat. "Oukh, Papa! Mengapa cuma melihati saja?! Memangnya punyaku barang tontonan!"
Papa tersenyum. Tahulah dia, bahwa Mama sudah kepingin sekali dikerjai vaginanya. Padahal Papa masih ingin lebih lama memandangi. Dengan mesra, jari-jari Papa menyentuhnya. Mama tergelinjang. "Wow! Hmmh, Paaaaaaa!! Ss sh, akh!" Mama menggeliat. Jari Papa terus juga bermain. Mengutik-utik kelentit yang nyempil aduhai.
Papa menempatkan di antara kedua paha Mama yang sudah mengangkang. Liang vagina yang sebaris dengan sibakan bibir inilah yang dapat menjepit dan memberikan kenikmatan kepada kontol. Lagi-lagi tangan Papa menyentuh kelentit yang cuma sekerat itu. Dan lagi-lagi Mama bergelinjang. Nikmatnya bukan main. Orang suka bilang, kelentit itu bisa berdiri. Benarkah?! Papa senang sekali dan mengulangi perbuatannya berkali-kali. "Oukh, geli, Paapaku! Geliiiii! Sssh, akhh . . . !!" Mama merintih-rintih.
Tingkah Papa saat itu, bagaikan kanak-kanak yang memperoleh permainan yang mengasyikan. Permainan yang tidak ada dijual di toko. Semakin giat Papa menyentuhi sekerat daging kecil itu. Mama mengerumasi rambut Papa.
Tidak puas dengan hanya menyentuh dengan tangan saja, bibir-bibir kemaluan yang ditumbuhi rambut itu, dikuakkan oleh Papa semakin lebar lagi. Kedua kaki Mama kini telah niengangkang selebar-lebarnya, menekuk ke atas. Sekarang, bagian dalam kemaluan itu telah terpampang selebar-lebarnya. Terbebas sama sekali. Sedetik kemudian, Mama terpekik: "Awww . . . !" Tubuhnya tersentak ke atas. Rupanya Papa telah membenamkan hidungnya ke dalam belahan daging yang aduhai itu. "Paaaaaaaa. . . !! Uf ! Ssssh ennnakhhh, Paaaaaaaaaaaaaa!!" Mama merintih-rintih sambil menekankan belakang kepala Papa dengan kedua tangnnya. Maka hidung Papa mulal menggusur ke sana-ke mari. Seperti akan membongkar seluruh bagian vagina Mama. Kaki Mama menendang-nendang ke atas, merasakan kenikmatan tidak bertara. Papa terus dengan giatnya menciumi. Vagina Mama menyebarkan aroma yang segar merangsang!
"Oukh, Bennn! Enak . . . enak . . . enak, sayangghhhh! Teruskan, Pa! Ayo, lebih cepat .dikit. Hmmmh Paaaaaaaa! Terus, sayang. Terus, terus, akhhhh !!"
"Aku juga, Mama! Aku . . . aku . . . juga enak," bisik Papa sambil juga menggunakan. lidahnya, menjilat dan menjilat.
Mata Mama merem melek. Kepalanya terlempar ke sana-ke mari. Lehernya menggeleyong-geleyong. "Paaaaaaaaaa! Kamu senang menciumi punyakuuuu . . . ?!! Shhh . . . !!!" tersendat-sendat suara Mama.
"Senang sekali, Mamaku! Punyaku jadi semakin tegang, nih!" kata Papa tersendat-sendat pula. Dan lidah Papa terus juga menjilat dan menjilat. Menyapu-nyapu kelentit Mama. Benar saja! Kelentit itu semakin tegak, menandakan Mama telah terbakar oleh nafsu birahi. Kedua kaki Mama terus menyentak-nyentak ke atas. Pantatnya diangkat dan digoyang-goyang. Oukh, sungguh, permainan yang mengasyikkan.
Papa benar-benar menyukai menciumi dan menjilati vagina Mama yang harum itu. Sama sekali tidak jijik. Justru sebaliknya. Ketagihan. Papa semakin rakus dan semakin rakus.
"Paaaaaaa!!! Hhhssshh. Hmmm . . . hmmmhhh!" suara Mama menggeletar. Badannya nienggeliat-geliat tak menentu. Tubuhnya menggelepar-gelepar, bilamana ujung lidah Papa mengait-ngait dan menusuk-nusuk liang vagina Mama yang terasa liat. Sentuhan-sentuhan lembut vagina yang berdenyut-denyut itu kian membakar nafsu birahi. Dan tiba-tiba Mama mengejang. "Papapaaaaaaaa . . . !! Sssh ! Akkkhhhuuu tak kuaattsss, sayaugghh . . . !!" Mama merentak-rentak.
"Ayoh, Mama! Keluarkan! Aku sudah siap menerima!" ujar Papa yang terus juga dengan bersemangat menusuknusuk vagina Mama dengan ujung lidahnya.
"Iyyaa, Paaaa! Akhhhu shhi . . . aukhh! Paaaaaa! Ennnakkhhhh, meronta-ronta bagaikan kesetanan. Berbarengan dengan jeritannya yang menyayat, Mama mengangkat pantatnya tinggi-tinggi dan menekankan belakang kepala Papa sekuat-kuatnya, sehingga tanpa ampun separuh wajah Papa membenam sedalam-dalam ke bagian dalam kemaluan Mama. Bertepatan dengan itu pula, menyemprotlah cairan hangat dan licin. Kental. Menyiram lidah Papa yang terus menusuk-nusuk lobang vagina Mama.
Papa yang memang sudah siap menerima, bagaikan kesetanan, menghirup habis cairan yang banyak sekali itu. Terus dijilat dan disapu bersih, masuk ke kerongkongannya. Sudah tentu Mama semakin berkelojotan, dikarenakan rasa nikmat yang luar biasa sekali. Sampai akhirnya tetes cairan yang terakhir. Tubuh perempuan itu melemas. Sedangkan Papa sendiri, merasakan pula nikmat luar biasa ketika mereguk cairan licin itu. Cairan kenikmatan Mama gurih sekali, lebih gurih dari pada segala yang paling gurih di dunia ini !
Papa tertunduk sambil menjilati sisa-sisa cipratan cairan Mama yang melekati pinggiran bibirnya. Mama melompat dan memeluk Papa kuat-kuat. "Oukh, Paaaa! Terima kasih, sayangl Kau hebat! Jantan! Kau mampu membuat perempuan bahagia!" dan Mama menciumi bibir Papa bertubu-tubi.
"Aku sampai kenyang menelan cairanmu. Banyak dan kental sekali! "ujar Papa
"Kau tidak jijik, Paaa ?!"
"Sama sekali tidak. Malah aku ketagihan. Kalau masih ada, aku masih mau meneguknya lagi!"
Mama tambah gembira. Menciumi lagi bibir Papa bertubi-tubi. Kemudian didorongnya tubuh lelaki muda itu sehingga tergelimpang di atas kasur. "Kau sudah mengerjai punyaku! Sekarang, ganti aku yang mengerjai punyamu!" ujar Mama yang segera menyergap selangkangan Papa.
"Auwww . . . !" Papa menjerit kaget.
Namun Mama tidak menghiraukan. Batang bazoka Papa yang sudah benar-benar tegak mengacung, sejak tadi sangat menggoda. Mama sudah ingin sekali menciumi dan mengemoti. Dan sekarang, keinginan itupun kesampaian.
Dengan mesranya Mama membelai-belai batang kemaluan itu yang bukan main luar biasa besar dan panjangnya. Demikian pula dengan kepalanya yang berkilat dan membengkak. "Oukh, punyamu hebat sekali, Ben! besar dan panjang. Hmmhh . . . !!!" Mama terus juga membelai sambil sesekali menggenggam. Mulai dari pangkalnya yang dipenuhi rambut lebat sampai ke ujungnya yang berkilat dan membengkak, berbentuk topi baja.
"Kamu suka pada punyaku, Mamaku?!" tanya Papa sambil membiarkan Mama mengeser-geserkan kontolnya yang hebat itu ke pipi dan matanya.
"Suka sekali, Pa! Tetapi ugh! Punyamu besar banget. Bengkak! Aku jadi ngeri!"
"Ngeri kenapa?!"
"Ngeri kalau-kalau vaginaku sobek dan rusak!"
Papa teatawa kecil. "Kau ini ada-ada saja. Kan semakin besar semakin enak!"
"Iya! Tetapi punyamu ini besarnya nggak ketulungan!" ujar Mama.
Papa tertawa lagi. Batang kontolnya berkejat-kejat digenggaman Mama. "Aku belum pernah merasakan batang kontol yang besar dan panjangnya kayak punyamu ini," ujar Mama lagi.
Papa merasakan geli dan nikmat bukan main ketika Mama menciumi kontolnya yang semakin membengkak. Rasa geli yang nikmat dirasakan Papa. Tubuh lelaki itu kejang. Matanya membeliak-beliak. "Hmmh, Mama! Sssh . . . !" mulutnya mulai merintih-rintih.
Sambil menciumi, Mama memijit-mijit batang bazoka yang keras bagaikan tonggak itu. Menjadikan Mama gemes. Ujung lidah menciumi benda aduhai itu. Benda yang dapat memberikan kenikniatan luar biasa kepada wanita. "Papaku! Perempuan-perempuan yang sudah kau kerjai, pasti pada ketagihan!" ujar Mama.
Papa tidak menjawab. Dia mendacap-decap bagaikan orang kepedasan. Tengah meresapkan kenikmatan yang luaz biasa. Lezat!
Alat vital dalam genggaman Mama itu semakin membengkak dan semakin memanjang lagi. Mama yang gemas bukan main, semakin tak tahan. Segera dia menempatkan dirinya sebaik-baiknya diantara kedua kaki Papa yang tertekuk. Kedua paha Papa terlentang selebar-lebarnya, sehingga tangan kanan Mama menggenggam alat vital yang kencang itu, tangan kirinya memhelal-belai rambut kemaluan Papa yang tebal dan ikal, tumhuh sanipai ke pusar. Merinding bulu-bulu roma Mama bilamana dia menciumi seluruh batang dan kepala kemaluan yang luar biasa itu. Bukan main. jari jari Mama hampir tidak muat menggenggam alat vital yang luar biasa itu. Memang inilah yang sangat disukai Mama. Dulu, dia pernah mendapatkan lelaki yang juga memiliki bazoka besar. Dan sejak itu, Ningsih sangat merindukannya. Dan baru sekarang, dia memperolehnya kembali setelah bertahun-tahun berselang. Mama yang semakin gemas segera menjulurkan lidahnya, menjilat batang kemaluan itu. Lalu dingangakannya mulutnya dan dimasukkannya bazoka luar biasa itu. Keruan saja Papa menggelinjang kaget namun nikmat. "Ouw, Mamaaaaa! Hmmh . . . enak sekali, Mama!" Papa merintih. Kedua kakinya terangkat naik dan menyepak-nyepak ke atas.
Mendengar rintihan Papa, Mama jadi semakin bersemangat. Kepala bazoka yang berbentuk topi baja itu dikulumnya. Digigitnya. Tingkah Mama tidak ubahnya, bagaikan seseorang yang mendapat makanan lezat. Nikmat sekali. Sampai matanya terpejam-pejani. Air liurnya menetes-netes. Kepala yang berbentuk topi baja itu sangat hangat dan. kenyal. Demikian pula halnya dengan Papa. Kunyahan-kunyahan mulut Mama dirasakannya sangat nikmat dan merangsang nafsu birahinya. Papa merintih-rintih. Kedua kakinya semakin menyepak. Matanya mebeliak-beliak, sehingga hanya putihnya saja yang tampak. Mama kian bersemangat. Sekarang, bukan hanya kepalanya saja yang dikulum dan digigiti Mama, tetapi seluruh batang kemaluan yang perkasa itu. Semntara itu, kedua telapak tangan Mama tidak tinggal diam. Sementara mulutnya mengulum, tangannya menarik-narik rambut kemaluan Papa yang luar biasa lebarnya. Dan tangan yang satu lagi mempermainkan sepasang biji milik Papa.
"Enak, Ben . . . ?!" tanya Mama ditengah-tengah kesibukannya.
"Enak sekali Mama. Ennaaakkkh !!!" Papa berusaha menyahuti tersendat-sendat. Kedua tangannya.
Mama terus juga melalap senjata yang luar biasa itu. Demikianlah secara beraturan, kepala dan batang kontol Papa keluar masuk mulut Mama. Pada waktu masuk, mulut Mama sampai kempot. Sedangkan pada waktu keluar sampai monyong. Semakin lama semakin cepat. Tubuh Papa gemetar. Jemarinya mencengkeram rambut Mama kuat-kuat. Rintihan . . . rintihannya semakin menghebat, sementara Mama kian gencar menyerbu menggebu-gebu. Akhirnya, Papa menjerit histeris. Pantatnya diangkatnya tinggi-tuiggi, sedangkan kedua telapak tangannya menekan belakang kepala Mama kuat-kuat. Dan batang serta kepala kemaluan Papa pun membenam sedalam-dalamnya, merojok sampai ke tenggorokan Mama. Dengan bersemangat sekali, tangan Mama mengocok pangkal kemaluan Papa dengan cepat dan mesra. Dan tanpa ampun lagi : "Crroott! Crrrroooottss! Crrottttsssss . . . !!!" menyemprotlah cairan kental dari dalam batang kemaluan yang berdenyut-denyut dengan dahsyatnya. Daya semprotnya luar biasa sekali. Tubuh Papa menggigil. Mama tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan nikmat sekali disedotnya batang kemaluan Papa. Maka tanpa ampun, bergumpal-gumpal cairan kenikmatan Papa, tertumpah semuanya ke dalam mulut dan tenggorokan Mama. Mata Mama sampai terpejam-pejam, menelan seluruhnya sampai tetes terakhir. Papa setengah mengeluh memejamkan matanya. Tubuhnya lemas tidak bertenaga. "Oukh, Mama. Kau sungguh hebat!" bisiknya.
Mama tertawa sambil menyeka mulutnya yang sebagian masih dibasahi sisa-sisa cairan kental. "Bagaimana, Paaa?! Enak?!" tanya Mama.
Papa menarik lengan Mama, sehingga perempuan itu jatuh ke dalam dekapannya. "Enak sekali, Mama. Oukh, enak sekali! Kaupun mampu membahagiakan lelaki!" ujar Papa.
Mama tersenyum mendengar pujian Papa, "Aku haus, Pa. Tolong ambilkan aku minum di meja itu, dong!" ujar Mama.
Papa melompat turun dari tempat tidur, menuangkan Fanta merah dari botol besar ke gelas sampai penuh. Kemudian memberikannya pada Mama. Mama meneguknya dengan lahap. Haus sekali rupanya. Sampai habis tiga perempat gelas. Kemudian Papa menuangkan lagi ke gelas sampai penuh, kemudian meneguknya sampai habis.
"Papa . . . !" mata Mama berkejap-kejap. Punyaku sudah ingin sekali dimasuki punyamu." Dan Mama melirik ke selangkangan Papa. Senjatanya masih tegang mengacung.
"Kita istirahat dulu sebentar ya, sayang!" bisik Papa sambil membelai rambut Mama.
HANYA SEPULUH menit mereka membutuhkan waktu istirahat. Papa naik ke atas tubuh Mama yang sudah siap menanti. Kedua susunya menyembul putih bagaikan salju. Benar-benar menantang. Pinggangnya ramping dan pinggulnya mekar dan indah. Papa menciumi bahu dan payudara Mama, sementara bazokanya yang sudah benar-benar tegang menggeser-geser di paha Mama.
Mama menggenggam batang bazoka Papa yang sangat kekar. Sambil membalas ciuman-ciuman Papa yang bertubi-tubi dibimbing dan kemudian ditempatkannya kepala kemaluan Papa yang sudah membengkak tepat di ambang gua vaginanya. Sementara itu, kedua paha Aningsih sudah direntangkannya selebar-lebarnya. "Papaaaaaaa . . . !! Pelan-pelannn, sayanghhh!!" bisik Mama gemetar. "Kepunyaanmu besar sekali!"
Papa mengangguk. Dirasakannya kehangatan menyengat pada kepala kontolnya. "Ayoh, Paaaaaa! Tekan, sayangghh!! Sssshh . . . pelan-pelllaann !!" Mama memejamkan matanya.
Papa mendorong pantatnya. Dan kepala kontolnya pun melesak, dan: "Auww . . . !!!" Mama menjerit tertahan. "Papapapaaaaa!! Sssaakkhittsss!" dan tubuh Mama mengejang, bergetar menahan rasa perih.
Papa mengerti. Dia tidak main asal tabrak saja. Dinantikannya sampai rasa sakit Mama. Papa merasakan lobang vagina Mama menjepit keras, mencekik leher kontolnya. Adduuuhhh! Bukan main nikmatnya!
"Ayoh, Paaaa! Tekan lagi!" bisik Mama setelah rasa sakit itu hilang.
Papa menekan lagi. Dan srrrt! Dan batang kontol Papa yang luar biasa besarnya itu melesak lagi sampai sepertiga. Dan sebagaimana yang pertama, Mama tersentak sambil menjerit: "Addduuhhh! Paaapaaaaaaaa! Ssssaakkhittss "
"Tahankan, sayang!" bisik Papa sambil tersenyum dan bertulang mengecupi mata Mama yang berlinang. "Nanti kau akan merasakan nikmat yang luar biasa!"
Papa membiarkan kontolnya membenam sampai sepertiga, kemudian ditariknya perlahan-lahan sampai sebatas leher kemaluannya. Lalu ditekannya kembali pantatnya. Dan batang bazoka yang luar biasa itupun menggelosor masuk. Lagi-lagi Mama merasakan kemaluan Papa bagaikan membongkar seluruh lorong vaginanya. Mama menggigit bibirnya sendiri, menahan rasa sakit dan linu. Namun lama kelamaan, rasa sakit dan linu itu semakin berkurang dan semakin berkurang lagi. Sebagai gantinya,kontol Papa keluar masuk mulai mendatangkan rasa nikmat luar biasa. Keluar-masuk. Keluar masuk! Demikian berulang-ulang. Bless! Slessep! Bless! Slessep! Bagaikan kereta api yang sedang langsir. Tetapi terbatas hanya sampai separuh saja. Pada waktu didorong masuk, vagina Mama sampai kempot. Dan pada waktu ditarik, sampai monyong . . . Hmmm! Kepunyaanmu enak sekali, sayang. Sempit sekali. Rasanya hampir lecet kepunyaanku," kata Papa.
"Kepunyaanmu terlalu besar, Papaku," ujar mama sambil menggoyang-goyangkan pantatnya. Hal mana semakin mendatangkan nikmat bagi Papa. Demikian pula bagi Mama. Pinggulnya yang besar dan montok itu melakukan gerakan memutar, seirama dengan keluar-masuknya batang kontol. "Bagaimana, sayang?! Masih sakit?!" tanya Papa sambil mengecupi belakang telinga Mama. Mama menggelinjang-gelinjang geli.
"Kemaluanmu enak sekali, sayang! Betul-betul lezat." bisik Mama.
"Nah, apa kataku tadi. Rasa sakitmu cuma sebentar, kan?!" ujar Papa. "Kemaluanmu juga enak, Mama. Enak sekali!"
"Papaaaaa . . . !!" Ujar Mama yang tersenyum bangga, menerima pujian Papa.
"Ada apa?!" tanya Mama
"Apakah kepunyaankn betul-betul enak?!"
"Enak sekali, sayang. Kepala kontolku bagaikan dipijit dan disedot-sedot. Pokoknya lezaaatttss . . . !!" Papa meliuk-liuk ke sana-ke mari. Tenutunya diapun sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa sebagai akibat pijitan-pijitan dinding-dinding lorong kemaluan Mama yang bagaikan hidup. Sementara itu, cairan lendir semakin membajiri lorong kemaluanku. Semakin licin dan basah.
"Nah. manisku! Lorongmu semakin lancar sekarang," bisik Papa dengan mesranya. "Bagaimana kalau kubenamkan seluruh batang kontolku?!"
"Ayoh, sayang! Aku sudah siap," kata Mama sambil mengangkangkan kedua pahanya lebih lebar.
Dan Papa pun mendorong pantatnya sehingga kemaluannya lebih dalam membenam ke dalam lobang vagina Mama. Blesss! Wow!, Mama bagaikan melayang ke langit ketujuh. Terasa benar bagaimana menggelosornya benda itu. Nikmat sekali. Tetapi Mama jadi agak kecewa ketika Papa menghentikan dorongannya. Batang kemaluannya yang kukuh bagaikan tonggak itu belum seluruhnya masuk. Mama jadi penasaran dan mengangkat pantatnya tinggi-tinggi. "Masukkan semua, Pa! Jangan disisakan laghhiiiii! Masukkan, dorongghh . . . .!!" kaki Mama menjepit pinggang Papa. Dan tangannya, berusaha mendorong pantat Papa ke bawah. Papa mengerti, Mama sudah histeris. Sudah ingin menikmati seluruh batang kemaluannya tanpa sisa lagi. Tetapi bukannya mendorong, Papa malah mengangkat pantatnya. Dan kemaluannya menggelosor ke luar. Mama jadi penasaran. Diangkatnya pantatnya setinggi-tingginya. Bertepatan dengan itu, Papa mengayunkan pantatnya kuat-kuat. Dan . . . blashhh!! Tanpa ampun, seluruh batang kemaluannya yang kokoh, indah . . . dan perkasa itu menghunjam dan membenam sedalam-dalamnya ke liang kemaluan Mama. Mama menjerit sekuat-kuatnya. Tubuhnya meronta-ronta ke sana-ke mari, bagaikan sapi disembelih. Dan, "Crot! Crrrt! Crrrotttss . . . !!" semua cairan mani yang tersimpan di dalam kandungannya, menyemprot seketika. Banyak sekali. Membanjiri seluruh lobang gua Mama. Suatu kenikmatan luar biasa yang sebelumnya belum pernah dirasakan oleh Mama. Dan bersamaan dengan jeritan Mama, Papa pun mengeram kuat. sambil merangkul tubuh Mama kuat-kuat. Mama merasakan tubuhnya bagaikan remuk. Hmmmh!" Akh. Mama! Hmmm! Akkkkhhhuuu keluarrr, sssh! Mamaaaaa . . . sssh, ennnnaakhh!!" Papa meracau sambil meronta-ronta. Matanya membeliak-beliak ke atas, sementara kepalanya terlontar ke sana-ke mari. Dan bersamaan dengan itu, Mama merasakan batang kontol Papa berdenyut-denyut keras dan memuntahkan lahar panas. Berkali-kali terasa semprotansemprotan itu. Maka lobang kemaluanku pun semakin membanjir.
Setelah beberapa detik lamanya merasakan dirinya terlontar ke angkasa, Papa merasakan dirinya lemas. Dan tergulirlah dari atas tubuh Mama. Keduanya merasakan kepuasan amat sangat. Mama memijit hidung Papa. "Luar biasa sekali," ujar Mama. "Kaulah satu-satunya lelaki yang berhasil memuaskanku, Papaku!Sungguh!"
"Aku juga begitu, Mama. Baru kaulah yang benar-benar memuaskan diriku!" balas Papa. Lalu keduanya berkecupan dengan mesranya.
"Oukh, Papa! Hmmhh . . . ssshhh . . . !!" Mama gemetar tubuhnya. Tetapi cuma sesaat. Mama yang sudah mulai terbiasa menikmati kepunyaan Papa segera hilang rasa sakitnya. Dan Mama menekan lagi. Blassssh! ! !" Oukhhhh, Paaaaaaaaaa! Hmhhh . . . enak sekali , sayang hhhhh. Ssssh . . . !!" Mata Mama membeliak-beliak. Batang Kontol Papa telah amblas seluruhnya ke pangkal-pangkalnya. Mama merasakan kenikmatan bukan alang kepalang. Demikian pula halnya Papa. Dinding-dinding vagina Mama bagaikan hidup, menekan-nekan batang kemaluan Papa. Nikmaaaaat! Mama menarik lagi pantatnya ke atas. Dan . . . uf! Seluruh isi bagian dalam lorong vagina Mama bagaikan terbongkar bersamaan dengan menggelosornya kontol Papa. Demikian pula Papa. Lorong vagina Mama bagaikan menyedot-nyedot. Papa mendesah-desah. Mama bagaikan kesetanan, menggoyang-goyangkan pantat dan pinggulnya yang besar, montok dan putih itu. Papa mengangkat pula pantanya, mengimbangi gerakan-gerakan Mama. Ternyata dengan posisi ini, cukup mendatangkan kenikmatan juga. Mama di atas dan Papa di bawah. Sambil terus juga dengan bersemangat menaik turunkan pantatnya. Mama menciumi bibir Papa bertubi-tubi. Papa membalas tak kalah semangat.
Lidahnya masuk dan mengait-ngait lidah serta gigi-gigi Mama yang bersih, putih dan bagus bentuknya. Sementara itu, tangan Papa pun tidak tinggal diam, meremas-remas payudara Mama yang kenyal, padat dan besar. Tentu saja dengan remasan-remasan mesra!
Mama semakin lama semakin kesetanan. Papa pun demikian pu1a. Keduanya merasakan ada sesuatu yang mendesak-desak darl dalam diri mereka. Semakln lama desakan-desakan itu semakin kuat sehingga membuat napas mereka tersendat-sendat. Ibarat orang yang sedang mendaki bukit untuk mencapai puncak. "Ehb, Papaaaaaaaa . . . !!!"
"Hmnmh! Sssh . . . oukh, Mama! Cepat dikit, sayang! Ayoh, Mama!"
"Paaaaaaaa! Sash . . . eng! Ennaaaaaakhh, say . . . !!"
"Sssst! Hmmmh . . . !!"
"Papaaaaaaaaaa! Akh! Akhhuu mau keluarrrr . . . say!"
"Sayyyaaa jugghaaa, Mam . . . ! Oukh! Ayoh,Mama! Putar terus! Semangat, Mama! Semangat! Oukh . . . !!"
"Paaaaaaaaa !!!" Mama semakin kesetanan. Tangannya mengerumasi dada Papa, sehingga Papa kesakitan. Namun bercampur enak. Demikian pula dengan tangan Papa. Membantu pantat dan pinggul Mama. Disaat menurunkan pantatnya, Papa membantu dengan menekankan pantat Mama kuat-kuat ke bawah. Blasssh!! Maka tanpa ampun, amblaslah seluruh Kontol Papa ke dalam kemaluan Mama. Masuk ke pangkal-pangkalnya!
"Paaaaaa!!" Mama meronta-ronta di atas tubuh Mama." Ennnaaakhh, Paaaa! Akkhhuuu tak kuatttsss laggghhhi, say!! Akhhu kelluuuuarrr! Ssssh . . . akkkhhhh . . . !!" bersamaan dengan jeritan Mama, tubuh perempuan itu berkelojotan ke sana-ke mari. Kedua kakinya menyepak-nyepak. Mama mencapai puncak kenikmatan sempurna, yang tidak pernah diperolehnya dari suaminya yang tua. Benteng pertahanannya bobol! Bertubi-tubi bagian dalam lobang vaginanya menyemprotkan cairan kental, hangat dan licin.
Secara hampir bersamaan pula Papa pun mengeram keras. Bagaikan harimau lapar, Papa memeluk Mama kuat-kuat. Dan kemudian dengan sigap, Papa membalikkan tubuhnya, sehingga tubuh Mama yang berada di bawah. Papa menekan kuat sehingga Mama gelagapan. Batang kontol Papa berdenyut-denyut keras. Dan cairan kental, hangat dan licin pun bertubi-tubi pula menyembur, membanjiri lorong vagina Mama yang memang sudah banjir!
Mama tergelincir dari atas tubuh Papa. Terkulai lemas. "Paaaaaaaa! Oukh, aku puasss sekali!" bisik Mama sambil memeluk Papa dari samping.
Papa tak menjawab. Memandang langit-langit. Batang kontolnya masih tegak. Basah dan licin bekas-bekas cairan kenikmatan mereka berdua. Mama menciumi Papa bertubi-tubi. Tangannya meluncur ke bawah dan mulai mengurut-urut batang Kontol Papa yang kehitaman. Rupanya Mama termasuk perempuan bertemperamen panas juga. Nafsunya menggebu-gebu. Merupakan pasangan setimpal dengan Papa. Diurut-urut terus oleh Mama mesra, nafsu Papa bangkit kembali. Napas Papa mulai lain. Mama senang sekali. Dia melompat dari sikap berbaringnya.
"Ayoh, Paaaaa...... Timpah aku dari belakang!" ujarnya sambil mengambil posisi nungging. Pantatnya yang besar dan montok itu diacu-acukan ke depan. Melihat pemadangan yang sangat merangsang itu, Papa, tak kuat lagi menahan diri. Dia melompat ke belakang pantat Mama. Dengan bernafsu, Papa meremas-remas dan menggigiti bungkalan pantat Mama yang bundar dan putih. "Ayoh, Paaaa! Timpah aku! Hantam, Paaaaa! Hantam! Jangan sungkan-sungkan! Lakukan saja sekehendakmu!"
Ditantang seperti itu, tentu saja Papa yang berdarah jantan dan panas, tidak akan mundur. lnilah yang membuat Mama senang; sekali. Papa benar-benar kuda. Berapa kalipun melakukan sanggama, dia tetap siap. Tidak seperti kebanyakan lelaki-lelaki lain, yang sudah loyo hanya baru sekali atau dua kali bertempur saja.
Papa mengambil posisi di belakang tubuh Mama yang nungging. Digenggamnya batang kontolnya yang sudah siap tempur. Diselipkan diantara belakang kedua paha Mama, dan kemudian menerobos bibir-bibir kemaluan Mama yang mencuat dan sudah terbelah. Dan, "Ehg . . . !!" Mama menahan napasnya. Kepalanya menyentak ke atas. Walaupun sudah terbiasa, mencicipi kepunyaan Papa, namun pada saat pertama kali kepala kemaluan yang bengkak itu menyelip, selalu Mama merasa kaget dan sedikit sakit!
"Ayoh, Paaaa! Aku sudah siap . . . !!" ujar Mama dengan tubuh sedikit bergetar, menahan berat tubuh Papa yang memeluk pinggangnya dari belakang. Mama lebih menunggingkan pantatnya, sehingga bukit kemaluannya yang sudah bengkak itu semakin mumbul. "Hantammm, Paaaaa!" ujar Mama yang seolah-olah komandan memberikan aba-aba pada anak buahnya untuk bertempur.
Papa segera melakukan tugasnya. Mengayun pantatnya. Dan batang kontol yang segede alaihim itupun menggelosor masuk, menerobos belahan daging kemaluan Mama dari belakang. Mama meringis-ringis, merasakan nikmat yang tidak bertara. Seluruh urat-urat tubuhnya bagaikan mengembang. "Terus, terus Paaaaaapaaa! Semuanya, sayangghhh . . . !! Jangan disisakan! Semuanya . . . oukhhhhh!!" Mama merintih-rintih dengan suara sengau.
Papa merasakan hangat menyengat dan pijitan-pijitan lembut dinding-dinding vagina Mama membuat nafsunya semakin bergelora. "Oukh, Mama! Enaakhhh banget, khoook?!" Papa menggumam dengan mata merem melek. Pada waktu senjata Papa menggelosor masuk, Mama mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, menyambut terobosan maut yang sangat mesra itu. "Ayoh, Paaaaa! Hantammm terus! Yang keras, sayang! Kerassss, Paaaaaaa! Kerasssshhhh . . . !!"Mama mcnggoyang-goyangkan dan memutar-mutar pinggul dan pantatnya dengan mesra sekali. Pada waktu Papa menarik senjatanya, Papa agak sedikit menekan pantatnya, sehingga Papa merasakan batang kontolnya yang luar biasa itu bagaikan dipulir-pulir. Oukh, nikmatnya! Bukan main! Inilah yang membuat Papa terkesan oleh Mama!

Desahan Ibu Mertuaku

Di rumah itu kami tinggal bertiga, aku dengan istriku dan Ibu dari istriku. Sering aku pulang lebih dulu dari istriku, karena aku pulang naik kereta sedangkan istriku naik kendaraan umum. Jadi sering pula aku berdua di rumah dengan mertuaku sampai dengan istriku pulang. Mertuaku berumur sekitar kurang lebih 45 tahun, tetapi dia mampu merawat tubuhnya dengan baik, aktif dengan kegiatan sosial dan bersenam bersama Ibu-Ibu yang lainnya. Kadang sering kulihat Ibu mertuaku pakai baju tidur tipis dan tanpa BH, melihat bentuk tubuhnya yang masih lumayan dengan kulitnya yang putih membuatku kadang bisa hilang akal sehat. Pernah suatu hari, selesai Ibu mertua selesai mandi hanya menggunakan sehelai handuk yang dililitkan ke badannya. Gak lama dia keluar kamar mandi telpon berdering, sesampai dekat telpon ternyata Ibu mertuaku sudah mengangkatnya, dari belakang kulihat bentuk pangkal pahanya sampai ke bawah kakinya begitu bersih tanpa ada bekas goresan sedikitpun.

Aku tertegun diam melihat kaki Ibu mertuaku, dalam hati berpikir "Kok, udah tua begini masih mulus aja ya..?".
Aku terhentak kaget begitu Ibu mertuaku menaruh gagang telpon, dan aku langsung berhambur masuk kamar, ambil handuk dan mandi. Selesai mandi aku membuat kopi dan langsung duduk di depan TV nonton acara yang lumayan untuk ditonton. Gak lama Ibu mertuaku nyusul ikutan nonton sambil ngobrol denganku.
"Bagaimana kerjaanmu, baik-baik saja" tanya Ibu mertuaku.
"Baik, Bu. Lho Ibu sendiri gimana" tanyaku kembali.
Kami ngobrol sampai istriku datang dan ikut gabung ngobrol dengan kira berdua.

Malam itu, jam 11.30 malam aku keluar kamar untuk minum, kulihat TV masih menyala dan kulihat Ibu mertuaku tertidur di depan TV. Rok Ibu mertuaku tersibak sampai celana dalamnya kelihatan sedikit. Kulihat kakinya begitu mulus, kuintip roknya dan terlihatlah gumpalan daging yang ditutupi celana dalamnya. Pengen banget rasanya kupegang dan kuremas vagina Ibu mertuaku itu, tetapi buru-buru aku ke dapur ambil minum lalu membawa ke kamar. Sebelum masuk kamar sambil berjalan pelan kulirik Ibu mertuaku sekali lagi dan burungku langsung ikut bereaksi pelan. Aku masuk kamar dan coba mengusir pikiranku yang mulai kerasukan ini. Aku telat bangun, kulihat istriku sudah tidak ada. Langsung aku berlari ke kamar mandi, selesai mandi sambil mengeringkan rambut yang basah aku berjalan pelan dan tanpa sengaja kulihat Ibu mertuaku berganti baju di kamarnya tanpa menutup pintu kamar. Aku kembali diam tertegun menatap keseluruhan bentuk tubuh Ibu mertuaku. Cuma sebentar aku masuk kamar, berganti pakaian kerja dan segera berangkat.

Hari ini aku pulang cepat, di kantor juga nggak ada lagi kerjaan yang aku harus kerjakan. Sampai di rumah aku langsung mandi, membuat kopi dan duduk di pinggir kolam ikan. Sedang asyik ngeliatin ikan tiba-tiba kudengar suara teriakan, aku berlari menuju suara teriakan yang berasal dari kamar Ibu mertuaku. Langsung tanpa pikir panjang kubuka pintu kamar.
Kulihat Ibu mertuaku berdiri diatas kasur sambil teriak "Awas tikusnya keluar..!" tandas Ibu mertuaku.
"Mana ada tikus" gumanku.
"Lho.. kok pintunya dibuka terus" Ibu mertuaku kembali menegaskan.
Sambil kututup pintu kamar kubilang "Mana.. mana tikusnya..!".
"Coba kamu lihat dibawah kasur atau disudut sana.." kata Ibu mertuaku sambil menunjuk meja riasnya.

Kuangkat seprei kasur dan memang tikus kecil mencuit sambil melompat kearahku. Aku ikut kaget dan lompat ke kasur.
Ibu mertuaku tertawa kecil melihat tingkahku dan mengatakan "Kamu takut juga ya?".
Sambil berguman kecil kembali kucari tikus kecil itu dan sesekali melirik ke arah Ibu mertuaku yang sedang memegangi rok dan terangkat itu. Lagi enak-enaknya mencari tiba-tiba Ibu mertuaku kembali teriak dan melompat kearahku, ternyata tikusnya ada di atas kasur. Ibu mertuaku mendekapku dari belakang, bisa kurasakan payudaranya menempel di punggungku, hangat dan terasa kenyal-kenyal. Kuambil kertas dan kutangkap tikus yang udah mulai kecapaian itu trus kubuang keluar.

"Udah dibuang keluar belum?" tanya Ibu mertuaku.
"Sudah, Bu." jawabku.
"Kamu periksa lagi, mungkin masih ada yang lain.. soalnya Ibu dengar suara tikusnya ada dua" tegas Ibu mertuaku.
"walah, tikus maen pake ajak temen segala!" gumamku.
Aku kembali masuk ke kamar dan kembali mengendus-endus dimana temennya itu tikus seperti yang dibilang Ibu mertuaku.
Ibu mertuaku duduk diatas kasur sedangkan aku sibuk mencari, begitu mencari di bawah kasur sepertinya tanganku ada yang meraba-raba diatas kasur. Aku kaget dan kesentak tanganku, ternyata tangan Ibu mertuaku yang merabanya, aku pikir temennya tikus tadi. Ibu mertuaku tersenyum dan kembali meraba tangaku. Aku memandang aneh kejadian itu, kubiarkan dia merabanya terus.

"Gak ada tikus lagi, Bu..!" kataku.
Tanpa berkata apapun Ibu mertuaku turun dari kasur dan langsung memelukku. Aku kaget dan panas dingin.
Dalam hati aku berkata "Kenapa nih orang?".
Rambutku dibelai, diusap seperti seorang anak. Dipeluknya ku erat-erat seperti takut kehilangan.
"Ibu kenapa?" tanyaku.
"Ah.. nggak! Ibu cuma mau membelai kamu" jawabnya.
"Udah ya.. Bu, belai-belainya..!" kataku.
"Kenapa, kamu nggak suka dibelai sama Ibu" jawab Ibu mertuaku.
"Bukan nggak suka, Bu. Cumakan..?" tanyaku lagi.
"Cuma apa, ayo.. cuma apa..!?" potong Ibu mertuaku.
Aku diam saja, dalam hati biar sajalah nggak ada ruginya kok dibelai sama dia.

Ibu mertuaku terus membelaiku, rambut trus turun ke leher sambil dicium kecil. Aku merinding menahan geli, Ibu mertuaku terus bergerilya menyusuri tubuhku. Kaosku diangkat dan dibukanya, pentil dadaku dipegang, diusap dan dicium. Kudengar nafas Ibu mertuaku makin nggak beraturan. Dituntunnya aku keatas ranjang, mulailah pikiranku melanglang buana.
Dalam hati aku berpikir "Jangan-jangan Ibu mertuaku lagi kesepian dan minta disayang-sayang ama laki-laki".
Aku tidak berani bertindak atau ikut melakukan seperti Ibu mertuaku lakukan kepada saya. Aku diatas ranjang dengan posisi terlentang, kulihat Ibu mertuaku terus masih mengusap-usap dada dan bagian perutku.
Dicium dan terus dielus, aku menggelinjang pelan dan berkata "Bu, sudah ya..".
Dia diam saja dan tangan kananya masuk ke dalam celanaku, aku merengkuh pelan. Tangan kirinya berusaha untuk menurunkan celana pendekku. Aku beringsut untuk membantu menurunkan celana pendekku, tidak lama celanaku sudah lepas berikut celana dalamku.

Burungku sudah berdiri kencang, tangan kanan Ibu mertuaku masih memegang burungku dan menoleh kepadaku sambil tersenyum mesum. Kepala burungku diciumnya, tangan kirinya memijit bijiku, aku nggak tahan dengan gerakan yang dibuat Ibu mertuaku.
"Ah, ah.. hhmmh, teruss.." itu saja yang keluar dari mulutku.
Ibu mertuaku terus melanjutkan permainannya dengan mengulum burungku. Aku benar-benar terbuai dengan kelembutan yang diberikan Ibu mertuaku kepadaku. Kupegang kepala Ibu mertuaku yang bergerak naik turun. Bibirnya benar-benar lembut, gerakan kulumannya begitu pelan dan teratur. Aku merasa seperti disayang, dicintai dengan Ibu mertuaku.
"Ah, Bu.. aku nggak tahan lagi Bu.." jelasku.
"Hhmm.. mmh, heh.." suara Ibu mertuaku menjawabku.

Gerakan kepala Ibu mertuaku masih pelan dan teratur. Aku makin menggelinjang dibuatnya. Badanku menekuk, meliuk dan bergetar-getar menahan gejolak yang tak tahan kurasakan. Dan tak lama badanku mengejang keras. Kurasakan nikmat yang amat sangat kurasakan, kulihat Ibu mertuaku masih bergerak pelan, bibirnya masih menelan burungku dengan kedua tangannya yang memegang batang burungku. Dia melihatku dengan tatapan sayunya dan kemudian kembali menciumi burungku, geli yang kurasakan sampai ke ubun-ubun kepala.
"Banyak banget kamu keluarnya, Do..!" tanyaku Ibu mertuaku.
Aku terdiam lemas sambil melihat Ibu mertuaku datang menghampiriku dan memelukku dengan mesra. Aku balas pelukannya dan kucium dahinya. Kubantu dia membersihkan mulutnya yang masih penuh spremaku dengan menggunakan kaosku tadi. Aku duduk diranjang, telanjang bulat dan menghisap rokok. Sedang Ibu mertuaku, tiduran dekat dengan burungku.

"Kenapa jadi begini, Bu..?" tanyaku.
"Ibu cuma pengen aja kok.." jawab Ibu mertuaku.
Aku belai rambutnya dan kuelus-elus dia sambil berkata "Ibu mau juga.?".
Dia menggangguk pelan, kumatikan rokokku dan terus kucium bibir Ibu mertuaku. Dia balas ciumanku dengan mesra, aku melihat tipe Ibu mertuaku bukanlah tipe yang haus akan seks, dia haus akan kasih sayang. Berhubungan badanpun sepertinya senang yang pelan-pelan bukannya seperti srigala lagi musim kawin. Aku ikut pola permainan Ibu mertuaku, pelan-pelan kucium dia mulai dari bibirnya terus ke bagian leher dan belakang kupingnya, dari situ aku ciumi terus ke arah dadanya.

Kubantu dia membukakan pakaiannya, kulepas semua pakaiannya. Kali ini aku benar-benar melihat semuanya, payaudaranya masih sedikit mengencang, badannya masih bersih untuk seumurannya, kakinya masih bagus karena sering senam dengan teman-teman arisannya. Kuraba dan kuusap semua badannya dari pangkap paha sampai ke payudaranya. Aku kembali ciumi dia dengan pelan dan beraturan. Payudaranya kupegang, kuremas pelan dan lembut, kucium putingnya dan kudengar desahan nafasnya. Kunikmati dengan pelan seluruh bentuk tubuhnya dengan mencium dan membelai setiap inchi bagian tubuhnya. Puas di dada aku terus menyusuri bagian perutnya, kujilati perutnya serta memainkan ujung lidahku dengan putaran lembut membuat dia kejang-kejang kecil. Tangannya terus meremas dan menjambak rambutku. Sampai akhirnya bibirku mencium daerah berbulu miliknya, kucium aroma vaginanya serta kujilati bibir vaginanya.

"Oucchh.. terus sayang, kamu lembut sekali.. tee.. teruss.." kudengar suaranya pelan.
Kumainkan ujung lidahku menyusuri dinding vaginanya, kadang masuk kadang menjilat membuat dia seperti ujung kenikmatan luar biasa. Kemudian ditariknya kepalaku dan melumat bibirku dengan panas. Dia kembali menidurkan aku dan terus dia menaikiku. Dipegangnya kembali burungku yang sudah kembali siap menyerang. Diarahkan burungku ke lobang vaginanya dan slepp.. masuk sudah seluruh batangku ditelan vagina Ibu mertuaku. Diangkat dan digoyang memutar-mutar vaginanya untuk mendapatkan kenikmatan yang dia inginkan.

"Ah.. uh, nikmat banget ya..!" kata Ibu mertuaku.
Dengan gerakan seperti itu tak lepas kuremas payudaranya dengan pelan sesekali kucium dan kujilat.
"Aduh, Ibu nggak tahan lagi sayang.." kata Ibu mertuaku.
Aku coba ikut membantu dia untuk mendapatkan kepuasan yang dulu mungkin pernah dia rasakan sebelum denganku. Gerakannya makin cepat dari sebelumnya, dan dia berhenti sambil mendekapku kembali. Kurangkul dia dan terus menggoyangkan batang burungku yang masih didalam dengan naik turun.
"Ahh.. ah.. ahhss.." desah Ibu mertuaku.
Kupeluk dia sambil kuciumi bibirnya. Dia diam dan tetap diatas dalam dekapanku.
"Enak ya.. Bu. Mau lagi..?" tanyaku.
Dia menoleh tersenyum sambil telunjuknya mencoel ujung hidungku.
"Kenapa? Kamu mau lagi?" canda Ibu mertuaku.

Tanpa banyak cerita kumulai lagi gerakan-gerakan panas, kuangkat Ibu mertuaku dan aku menidurkan sambil menciumnya kembali. Kutuntun dia untuk bermain di posisi yang lain. Kuajak dia berdiri di samping ranjangnya. Sepertinya dia bingung mau diapain. Tetapi untuk menutupi kebingunggannya kucium tengkuk lehernya dan menjilati kupingnya. Kuputar badannya untuk membelakangiku, kurangkul dia dari belakang. Tangan kanannya memegang batang burungku sambil mengocoknya pelan. Kuangkat kaki kanannya dan terus kupegangi kakinya. Sepertinya dia mengerti bagaimana kita akan bermain. Tangan kanannya menuntun burungku ke arah vaginanya, pelan dan pasti kumasukkan batang burungku dan masuk dengan lembut. Ibu mertuaku merengkuh nikmat, kutarik dan kudorong pelan burungku sambil mengikuti gerakan pantat yang diputar-putar Ibu mertuaku. Kutambah kecepatan gerakanku pelan-pelan, masuk keluar dan makin kepeluk Ibu mertuaku dengan dekapan dan ciuman di tengkuk lehernya.

"Ah.. ah.. Dod.. Dodo, kammuu..!" suara Ibu mertuaku pelan kudengar.
"Ibu keluar lagi.. Do.." kata Ibu mertuaku.
Makin kutambah kecepatan sodokan batangku dan.., "Acchh.." Ibu mertuaku berteriak kecil sambil kupeluk dia. Tubuhnya bergetar lemas dan langsung jatuh ke kasur. Kubalik tubuhnya dan kembali kumasukkan burungku ke vaginanya. Dia memelukku dan menjepit pinggangku dengan kedua kakinya. Kuayun pantatku naik turun membuat Ibu mertuaku makin meringkih kegelian.
"Ayo Dodo, kamu lama banget sih.. Ibu geli banget nih.." kata Ibu mertuaku.
"Dikit lagi, Bu..!" sahutku.

Ibu mertuaku membantu dengan menambah gerakan erotisnya. Kurasakan kenikmatan itu datang tak lama lagi. Tubuhku bergetar dan menegang sementara Ibu mertuaku memutar pantatnya dengan cepat. Kuhamburkan seluruh cairanku ke dalam vaginanya.
"Ahhcckk.. ahhk.. aduhh.. nikmatnya" kataku.
Ibu mertuaku memelukku dengan kencang tapi lembut.
"Waduh banyak juga kayaknya kamu keluarkan cairanmu untuk Ibu.." kata Ibu mertuaku.
Aku terkulai lemas dan tak berdaya disamping Ibu mertuaku. Tangan Ibu mertuaku memegang batang burungku sambil memainkan sisa cairan di ujung batang burungku. Aku kegelian begitu tangan Ibu mertuaku negusap kepala burungku yang sudah kembali menciut. Kucium bibir Ibu mertuaku pelan dan terus keluar kamar terus mandi lagi.

Semenjak hari itu aku sering mengingat kejadian itu. Sudah empat hari Ibu mertuaku pergi dengan teman-temannya acara jalan-jalan dengan koperasi Ibu-Ibu di daerah itu. Jam 05.00 sore aku sudah ada di rumah, kulihat rumah sepi seperti biasanya.
Sebelum masuk ke kamar tidurku kulihat kamar mandi ada yang mandi, aku bertanya "Siapa didalam?".
"Ibu! Kamu sudah pulang Do.." balas Ibu mertuaku.
"O, iya. Kapan sampainya Bu?" tanyaku lagi sambil masuk kamar.
"Baru setengah jam sampai!" jawab Ibu mertuaku.

Kuganti pakaianku dengan pakaian rumah, celana pendek dan kaos oblong. Aku berjalan hendak mengambil handukku untuk mandi. Begitu handuk sudah kuambil aku berjalan lagi ke kamar mau tidur-tiduran dulu sebelum mandi. Lewat pintu kamar mandi kulihat Ibu mertuaku keluar kamar mandi dengan menggunakan handuk yang dililitkan ke badannya. Aku menunduk coba untuk tidak melihatnya, tetapi dia sengaja malah menubrukku.
"Kamu mau mandi ya?" tanya Ibu mertuaku.
"Iya, emang Ibu mau mandi lagi"? candaku.
Dia langsung peluk aku dan cium pipi kananku sambil berbisik dia katakan "Mau Ibu mandiin nggak!".
"Eh, Ibu. Emang bayi pake dimandiin segala" balasku.
"Ayo sini.. biar bersih mandinya.." jawab Ibu mertuaku sambil menarikku ke kamar mandi.

Sampai kamar mandi aku taruh handukku sedangkan Ibu mertuaku membantu melapaskan bajuku. Sekarang aku telanjang bulat, dan langsung mengguyur badanku dengan air. Ibu mertuaku melepaksan handuknya dan kita sudah benar-benar telanjang bulat bersama. Burungku mulai naik pelan-pelan melihat suasana yang seperti itu.
"Eh, belum diapa-apain sudah berdiri?" kata Ibu mertuaku sambil nyubit kecil di burungku.
Aku mengisut malu-malu diperlakukan seperti itu. Kuambil sabun dan kugosok badanku dengan sabun mandi. Kita bercerita-cerita tentang hal-hal yang kita lakukan beberapa hari ini. Si Ibu bercerita tentang teman-temannya sedangkan aku bercerita tentang pekerjaan dan lingkungan kantorku. Ibu mertuaku terus menyabuni aku dengan lembut, sepertinya dia lakukan benar-benar ingin membuatku mandi kali ini bersih. Aku terus saja bercerita, Ibu mertuaku terus menyabuni aku sampai ke pelosok-pelosok tubuhku. Burungku dipegangnya dan disabuni dengan hati-hati dan lembut.

Selesai disabun aku guyur kembali badanku dan sudah itu mengeringkannya dengan handuk. Begitu mau pakai celana Ibu mertuaku melarang dengan menggelengkan kepalanya. Aku lilitkan handukku dan kemudian ditariknya tanganku ke kamar tidur Ibu mertuaku. Sampai di kamar aku didorongnya ke kasur dan segera dia menutup pintu kamarnya. Aku tersenyum melihatnya seperti itu, dia lepaskan handuk di badannya dan di badanku. Burungku memang sudah hampir total berdiri. Selepasnya handukku dia langsung mengulum burungku, aku terdiam melihatnya bergairah seperti itu. Cuma sebentar dia ciumi burungku, langsung dia menaikku dan memasukkan burungku ke vaginanya. Dalam hati aku berpikir kalau Ibu mertuaku memang sudah kangen banget melakukannya lagi denganku. Dia angkat dan dia turunkan pantatnya dengan gerakan yang stabil. aku pegang dan remas-remas payudaranya membuat dia seperti terbang keawang-awang.

Gerakannya makin cepat dan bersuara dengan pelan "Oh.. oh,.ahcch..".
Dan tak lama kemudian badannya menegang kencang dan jatuh ke pelukkanku.
Kupeluk dia erat-erat sambil mengatakan "Waduh.. enak banget ya?".
"He-eh, enak" balasnya.
"Emang ngeliat siapa disana sampai begini?" tanyaku.
"Ah, nggak ngeliat siapa-siapa, cuma kangen aja.." balas Ibu mertaku.
Kali ini aku kembali bergerak, kuciumi dia terlebih dahulu sambil kuremas payudaranya. Kubuat dia mendesah geli dan kubangkitkan lagi gairahnya kembali. Sampai di daerah vaginanya, kujilati dinding vaginanya sambil memainkan lobang vaginanya. Ibu mertuaku kadang merapatkan kakinya mendekapkan wajahku untuk masuk ke vaginanya.

"Ayo ah.. kamu ngebuat Ibu gila nanti" kata Ibu mertuaku.
Aku beranjak berdiri dan menidurnya sambil mengarahkan burungku masuk ke dalam vaginanya. Pelan-pelan aku goyangkan burungku, kadang kutekan pelan dengan irama-irama lembut. Tak lama masuk sudah burungku ke dalam dan Ibu mertuaku mendesis kayak ular cobra. Kugoyang pantatku, kunaikkan dan kutekan kembali burungku masuk ke dalam vaginanya. Aku terus bergerak monoton dengan ciuman-ciuman sayang ke arah bibir Ibu mertuaku. Ibu mertuaku hanya mengeluarkan desahan-desahan dengan matanya yang merem melek. Kulihat dia begitu nikmat merasakan burungku ada dalam vaginanya. Dia jepit pinggangku dengan kedua kakinya untuk membantuku menekan batang burungku yang sedari tadi masih terus mengocok lobang vaginanya.
"Aku nggak kuat, Do.." desah ibu mertuaku.
Aku semakin menambah kecepatan gerakanku apalagi setelah Ibu mertuaku memintaku untuk keluar berbarengan, aku menggeliat menambah erotis gerakanku.
"Acchh.. sshh.. ah.. oh" desah Ibu dengan dibarengi pelukannya yang kencang ke badanku.

Tiba-tiba kurasakan cairanku ikut keluar dan terus keluar masuk ke dalam vagina Ibu mertuaku. Aku benar-benar puas dibuat Ibu mertuaku, sepertinya cairanku benar-benar banyak keluar dam membasahi lubang dan dinding vagina Ibu mertuaku. Ibu mertuaku masih memelukku erat dan menciumi leherku dengan kelembutan. Aku beranjak bangun dan mencabut batang burungku, kulihat banyak cairan yang keluar dari lobang vagina Ibu mertuaku.
"Mungkin nggak ketampung makanya tumpah", kataku dalam hati.
Aku pamit dan langsung ke kamar mandi membersihkan badan serta burungku yang penuh dengan keringat serta sisa sperma di batangku.

Itulah terakhir kali kami melakukan perbuatan itu bersama. Sebenarnya aku berusaha untuk menghindar, tetapi kita hanyalah manusia biasa yang terlalu mudah tergoda dengan hal itu. Ibu mertuaku pindah ke rumah anaknya yang sulung, aku tahu maksud dan tujuannya. Tetapi istriku tidak menerimanya dan berprasangka bahwa istriku tidak mampu menjaga ibunya yang satu itu.

Gairah Tante Merry

Setelah mereka menikah 1 tahun, akhirnya mereka pindah dari tempat nenek kami dan membeli rumah sendiri yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah nenek kami. Kalau Tante Merry hendak pergi, biasanya dia memanggilku untuk menjaga rumahnya, takut ada maling. Suatu hari aku dipanggil oleh Tante Merry untuk menjaga rumahnya.

Ketika aku datang, dia sedang ada di kamar dan memanggilku, "Dharma, masuk ke kamar..!" teriaknya.
"Ya Tante.." jawabku.
Ternyata di dalam kamar, tante sedang memakai BH dan celana dalam saja, aku disuruh mengaitkan tali BH-nya. Dengan tangan gemetaran aku mengaitkan BH-nya. Rupanya Tante Merry tahu aku gemetaran.
Dia bertanya, "Kenapa Dharma gemetaran..?"
"Enggak Tante," jawabku.
Tapi tante cepat tanggap, dipeluknya tubuhku dan diciumnya bibirku sambil berkata, "Dharma, Tante ada perlu mau pergi dulu, ini Tante kasih pendahuluan dulu, nanti kalau Tante pulang, Tante akan berikan yang lebih nikmat."
"Ya Tante." jawabku.

Kepalaku terasa pusing, baru pertama kali aku menyentuh bibir seorang wanita, apalagi wanita cantik seperti Tante Merry. Lalu aku ke kamar mandi melakukan onani sambil membayangkan tubuh Tante Merry.

Kira-kita jam 3 sore, tante pulang dan aku menyambutnya dengan penuh harap. Tante Merry langsung masuk kamar, sedangkan aku menunggu di ruang tamu, kira-kira 10 menit kemudian, dia memanggil pembantunya untuk disuruh ke supermarket untuk membeli sesuatu, jadi tinggallah di rumah aku dan Tante Merry saja.

Setelah pembantunya pergi, Tante Merry menutup pintu dan menggandengku untuk masuk ke kamarnya.
Lalu Tante Merry berkata, "Dharma, seperti yang kujanjikan, aku akan meneruskan pendahuluan tadi."
Aku diam saja, gemetar menahan nafsu.
Tiba-tiba Tante Merry mencium bibirku, dan berkata, "Balaslah Dharma, hisap bibirku..!"
Aku menghisapnya, dan terasa bibirnya sangat enak dan bau tubuhnya wangi, karena dia memakai parfum Avon yang merangsang, aku menjadi salah tingkah.

Tiba-tiba dia memegang batang kemaluanku, aku sangat kaget.
"Wah punyamu sudah tegang dan besar Dharma," sahut Tante Merry.
Lalu Tante Merry berkata lagi, "Apakah kamu pernah berhubungan sex dengan wanita?"
Aku menjawab sambil gemetar, "Jangankan berhubungan sex, mencium wanita saja baru kali ini."
Tante Merry tersenyum dan berkata, "Hari ini Tante akan ajarkan cara berhubungan sex dengan seorang wanita."
Lalu Tante Merry membuka bajunya sehingga telanjang bulat, lalu dipegangnya tanganku dan dibawanya ke buah dadanya yang cukup besar.

Sambil gemetaran aku memegang buah dadanya dan memegang putingnya.
Tante Merry mendesis merasakan kenikmatan usapanku dan berkata, "Terus Dharma.., terus..!"
Lalu dengan memberanikan diri aku mencium putingnya, dan Tante Merry bertambah mendesis. Dibukanya celana pendekku dan CD-ku, sehingga aku juga menjadi telanjang bulat sepertinya. Penisku dielus-elusnya sambil berkata, "Dharma, punyamu besar amat, lebih besar dari punya Om Chandra."

Setelah puas menghisap puting buah dada tante, aku mencium pusarnya, dan akhirnya sampai di vaginanya.
"Ayo Dharma, cepat hisap punyaku..!"
Aku memberanikan diri mencium kemaluannya dan menjilat-jilat dalamnya, sedangkan tante tambah mendesis.
Tante berkata, "Sabar Dharma, Tante kepingin mencium punya Dharma dulu."
Lalu dia membaringkanku di tempat tidur dan mulai mencium biji kemaluanku dan menghisap penisku perlahan-lahan. Serasa dunia ini melayang, alangkah nikmatnya, baru pertama kali batang kemaluanku dihisap oleh seorang wanita cantik, apalagi oleh Tante Merry yang sangat cantik.

Penisku semakin membesar, dan rasanya seperti mau kencing, tetapi rasanya sangat nikmat, ada yang mau keluar dari kemaluanku.
Aku menjerit, "Tante, Tante.., lepas dulu, aku mau kencing dulu."
Tetapi rupanya tante sudah tahu apa yang mau keluar dari kemaluanku, malah dia semakin kuat menghisap penisku. Akhirnya meletuslah dan keluarlah air maniku, dengan mesranya Tante Merry menghisap air maniku dan menjilat-jilat penisku sampai bersih air maniku.

Batang kemaluanku terkulai lemah, tetapi nafsuku masih terasa di kepalaku.
Lalu tante berkata, "Tenang Dharma, ini baru tahap awal, istirahat dahulu."
Aku diberi minum coca-cola, setelah itu kami berciuman kembali sambil tiduran. Tanpa kusadari kemaluanku sudah membesar lagi dan kembali aku menghisap buah dadanya.
"Tante.., aku sayang Tante."
Lalu tante berkata, "Ya Dharma, Tante juga sayang Dharma."
Lalu aku menjilat vagina tante sampai ke dalam-dalamnya dan tante menjerit kemanjaan.
"Ayo Dharma.., kita mulai pelajaran sex-nya..!"
Penisku yang sudah tegang dimasukkan ke dalam liang kemaluan Tante Merry yang sudah licin karena air vaginanya.

Perlahan-lahan batang kemaluanku amblas ke dalam lubang kemaluan tante, dan tante mulai menggoyang-goyangkan pantatnya. Aduh terasa nikmatnya, dan kembali kami berciuman dengan mesranya.
Lalu aku berkata kepada Tante Merry, "Tante.., kalau tahu begini nikmatnya kenapa enggak dulu-dulu Tante ajak Dharma bersetubuh dengan Tante..?"
Tante hanya tersenyum manis. Terasa penisku semakin mengembang di dalam vagina Tante Merry, tante semakin mendesis.
Tante mengoyang-goyangkan pantatnya sambil berkata, "Dharma.., Tante kepengen keluar nih..!"
Kujawab, "Keluarin saja Tante, biar Tante merasa nikmat..!"

Tidak lama kemudian tante menjerit histeris karena orgasme dan mengeluarkan air kemaluannya, penisku masih tegang rasanya.
Dengan lembut aku mencium tante dan berkata, "Tante sabar ya, Dharma masih enak nih..,"
Kemudian aku semakin memperkuat tekanan batangku ke liang tante, sehingga tidak lama setelah itu aku memuncratkan air maniku di dalam vagina Tante Merry bersamaan dengan keluarnya cairan tante untuk kedua kalinya. Terasa tubuh ini menjadi lemas, kami tetap berpelukan dan berciuman. Setelah istirahat sebentar, kami mandi bersama saling menyabuni tubuh kami masing-masing, dan kami berjani untuk melakukannya lagi dilain waktu.

Setelah peristiwa itu, setiap malam aku selalu terkenang akan vagina Tante Merry, sehingga rasanya aku ingin tidur bersama Tante Merry, tetapi bagaimana dengan Om Chandra. Rupanya nasib baik masih menemaniku, tiba-tiba saja Om Chandra dipindahkan tugasnya ke Bandung, dan untuk sementara Tante Merry tidak dapat ikut karena Om Chandra tidurnya di mess. Sambil mencari kontrakan rumah, Tante Merry tinggal di Jakarta, tetapi setiap Sabtu malam Om Chandra pulang ke Jakarta.

Atas permintaan Tante Merry, setiap malam aku menemaninya, aku harus sudah ada di rumah Tante Merry jam 8 malam. Untuk tidur malam, aku disiapkan sebuah kamar kosong, tapi untuk kamuflase saja, sebab setelah pembantunya tidur aku pindah ke kamar Tante Merry. Tentunya Tante Merry sudah siap menyambutku dengan pelukan mesranya, dan kami bercumbu sepanjang malam dengan nikmatnya dan mesranya. Kalau waktu pertama kali aku hanya menghisap kemaluannya, sekarang kami sudah saling menghisap atau gaya 69. Lubang kemaluan Tante Merry sudah puas kuciumi, bahkan sekarang bukan saja lubang vagina, tetapi juga lubang anus, rasanya nikmat menghisapi lubang-lubang tante. Penisku juga dihisap tante dengan ketatnya dan terasa ngilu ketika lubang kencingku dihisap Tante Merry, tapi nikmat.

Setelah kami saling menghisap, akhirnya barulah kami saling memasukkan kemaluan kami, dan kali ini tante berada di atasku. Batang kemaluanku yang sudah tegang dan berdiri tegak dimasukkan ke kemaluan tante, aduh nikmatnya. Lalu aku menghisap buah dada tante sambil menggoyang-goyangkan pantatku. Kira-kira sepuluh menit, tante mengeluarkan air maninya sambil menjerit nikmat, namun aku belum mengeluarkan air maniku. Lalu aku bertukar posisi, sekarang tante di bawah, aku yang di atas. Karena tante sudah keluar, terasa mudah memasukkan kemaluanku ke dalam vagina tante, dan kembali kami berpacu dalam nafsu.

Sambil mencium bibir Tante Merry, aku berkata, "Tante.. Tante.., kenapa sih lubang Tante enak banget, punyaku terasa dijepit-jepit lubang Tante yang lembut."
Sambil tersenyum tante menjawab, "Dharma.., batang kamu juga enak, kalau dengan Om Chandra Tante hanya bisa orgasme sekali, tetapi dengan kamu bisa berkali-kali."
Kembali aku menekan batang penisku erat-erat ke liang kemaluan tante sambil mengoyang-goyangkan pantatku, dan akhirnya aku menjerit, "Tante.., Tante.., aku keluar..!"
Alangkah nikmat rasanya.

Perlahan-lahan aku mengeluarkan batang kemaluanku dari liang senggama tante. Setelah itu kembali kami berciuman dan tidur sambil berpelukan sampai pagi. Ketika bagun pagi-pagi aku kaget, karena aku tahu di sampingku ada Tante Merry yang tidak memakai apa-apa, nafsuku timbul kembali. Kubangunkan Tante Merry dan kembali kami bersetubuh dengan nikmatnya, dan akhirnya kami mandi bersama-sama.

Selama hampir 1 bulan lamanya kami seperti sepasang suami istri yang sedang berbulan madu, kecuali hari Sabtu dan Minggu dimana Om Chandra pulang. Pengalaman ini tidak akan terlupakan seumur hidupku, walaupun sekarang aku sudah beristri dan mempunyai 2 orang anak. Kadang-kadang Tante Merry masih mengajak aku bersetubuh di hotel. Tetapi sejak aku beristri, perhatianku kepadanya agak berkurang, lagipula usia Tante Merry sudah bertambah tua.

Gairah Ibu dan Adiku

Hii pembaca setia ceritasex.us yang saya cintai… Perkenalkan namaku Boby, aku akan menceritakan pengalaman seks-ku yang luar biasa.  Pengalaman unik dan heboh yang pernah kurasakan dan kualami. Sekarang aku kuliah di salah satu PTS terkenal di Bandung, dan tinggal di rumah di kawasan sejuk dan elite di kawasan Bandung utara dengan ibu, adik dan pembatuku. Sejak SMA aku dan adikku tinggal bersama nenekku di Bandung, sementara ibu dan ayahku tinggal di Surabaya karena memang ayah mempunyai perusahaan besar di wilayah Jawa Timur, dan sejak nenek meninggal ibu kemudian tinggal lagi bersama kami, sedangkan ayah hanya pulang sebulan atau dua bulan sekali seperti biasanya sebelum nenekku meninggal. Sebenarnya kami diajak ibu dan ayahku untuk tinggal di Surabaya, namun adik dan aku tidak mau meninggalkan Bandung karena kami sangat suka tinggal di tempat kami lahir.
Saat itu aku baru lulus SMA dan sedang menunggu pengumuman hasil UMPTN di Bandung, dan karena sehari-hari tidak ada kerjaan, ibu yang saat itu sudah tinggal bersama kami, meminta aku untuk selalu menjemputnya dari tempat aerobik dan senam setiap malam. Ibuku memang pandai sekali merawat tubuhnya dengan senam/aerobik dan renang, sehingga walaupun usianya hampir 39 tahun, ibuku masih terlihat seperti wanita 27 tahunan dengan tubuh yang indah dengan kulit putih mulus dan dada yang masih terlihat padat dan berisi walaupun di wajahnya sudah terlihat sedikit kerutan, tetapi akan hilang bila ibu berdandan hingga kemudian terlihat seperti wanita 27 tahunan. Aku mulai memperhatikan ibuku karena setiap aku jemput dari tempat senamnya ibuku tidak mengganti pakaian senamnya dulu setelah selesai dan langsung pulang bersamaku, dan baru mandi dan berganti pakaian setelah kami sampai di rumah. Karena setiap hari melihat ibuku dengan dandanan seksinya, otak ku mulai membayangkan hal-hal aneh tentang tubuh ibuku. Bagaimana tidak, aku melihat ibuku yang selalu memakai pakaian senam ketat dengan payudara yang indah menonjol dan pantat yang masih padat berisi.
Suatu hari, saat aku telat menjemput ibuku di tempat senamnya, aku tidak menemukan ibuku di tempat biasanya dia senam, dan setelah aku tanyakan kepada teman ibuku, dia bilang ibuku sedang di sauna dan bilang agar aku menunggu di tempat sauna yang tidak jauh dari ruangan senam. Aku pun beegegas menuju ruangan sauna karana aku tidak mau ibuku menunggu terlalu lama. Saat sampai di sana, wow… aku melihat ibuku baru keluar dari ruangan hanya dengan memakai handuk yang hanya menutupi sedikit tubuhnya dengan melilitkan handuk yang menutupi dada perut dan sedkit pahanya, sehingga paha ibu yang mulus dan seksi itu terlihat dengan jelas olehku. Aku hanya terdiam dan menelan ludah saat ibuku menghanmpiriku dan bilang agar aku menunggu sebentar. Kemudian ibuku membalikkan tubuhnya dan kemudian terlihatlah goyangan pinggul ibuku saat dia berjalan menuju ruangan ganti pakaian. Tanpa sadar krmaluanku mengeras saat kejadian tadi berlangsung. Aku berani bertaruh pasti semua laki-laki akan terpesona dan terangsang saat melihat ibuku dengan hanya memakai handuk yang dililitkan di tubuhnya.
Di dalam perjalanan, aku hanya diam dan sesekali melirik ibuku yang duduk di sampingku, dan aku melihat dengan jelas goyangan payudara ibuku saat mobil bergetar bila sedang melalui jalan yang bergelombang atau polisi tidur. Ibuku berpakaian biasa dengan kaos oblong yang agak ketat dan celana panjang ketat, dan setiap aku melirik ke paha ibu terbayang lagi saat aku melihat paha ibuku yang putih mulus tadi di tempat sauna. “Bob… kok kamu diem aja, dan kenapa celana kamu sayang?” tanya ibuku mengagetkan aku yang agak melamun membayangkan tubuh ibuku. “Enggak Mi… enggak,” jawabku gugup. Kami pun sampai di rumah agak malam karena aku telat menjemput ibuku. Sesampainya di rumah, ibu langsung masuk ke kamarnya dan sebelum dia masuk ke kamarnya, ibu mencium pipiku dan bilang selamat malam. Kemudian dia masuk ke kamarnya dan tidur.
Malam itu aku tidak bisa tidur membayangkan tubuh ibuku, gila pikirku dalam hati dia ibuku, tapi… akh.. masa bodoh pikirku lagi. Aku mencoba onani untuk “menidurkan burung”-ku yang berontak minta masuk ke sarang nya. Gila pikirku lagi. Mau mencari cewek malam sih bisa saja, tapi saat itu aku menginginkan ibuku. Perlahan-lahan aku keluar kamar dan berjalan menuju kamar ibuku di lantai bawah. Adik perempuanku dan pembantuku sudah tidur, karena saat itu jam satu malam. Otakku sudah mengatakan aku harus merasakan tubuh ibuku, nafsuku sudah puncak saat aku berdiri di depan pintu kamar ibuku. Kuputar kenop pintu nya, aku melihat ibuku tidur terlentang sangat menantang. Ibuku tidur hanya menggunakan kaos oblong dan celana pendek yang longgar. Aku berjalan mendekati ibuku yang tidur nyenyak, aku diam sesaat di sebelah ranjangnya dan memperhatikan ibuku yang tidur dengan posisi menantang. Kemaluanku sudah sangat keras dan meronta ingin keluar dari celana pendek yang kupakai.
Dengan gemetar aku naik ke ranjang ibu, dan mencoba membelai paha ibuku yang putih mulus dan sangat seksi, dengan tangan bergetar aku membelai dan menelusuri paha ibuku dan terus naik ke atas. Kemaluanku sudah sangat keras dan terasa sakit karena batang kemaluanku terjepit oleh celanaku. Aku kemudian membuka celanaku dan keluarlah “burung perkasa”-ku yang sudah sangat keras. Aku kemudian mencoba mencium leher dan bibir ibuku. Aku mencoba meremas payudara ibuku yang besar dan montok, aku rememas payudara ibu dengan perlahan. Takut kalau ia bangun, tapi karena nafsuku sudah puncak aku tidak mengontrol remasan tanganku ke payudara ibuku. Aku kemudian mengocok batang kemaluanku sambil meremas payudara ibu, dan karena remasanku yang terlalu bernafsu ibu terbangun, “Bobi… kamu… apa yang kamu lakukan, aku ibumu sayang…” sahut ibuku dengan suara pelan aku kaget setengah mati, tapi anehnya batang kemaluan masih keras dan tidak lemas. Aku takut dan malah makin nekat, terlanjur pikirku, aku langsung mencium leher ibuku dengan bernafsu sambil terus meremas payudara ibuku. Dalam pikiranku hanya ada dua kemungkinan, menyetubuhi ibuku kemudian aku kabur atau dia membunuhku. “Cukup Bobi.. hentikan sayang… akh…” kata ibuku. Tapi yang membuatku aneh ibu tidak sama sekali menolak dan berontak. Malah ibu membiarkan bibirnya kucium dengan bebas dan malah mendesah saat kuhisap leher dan di belakang telinganya, dan aku merasa burungku yang dari tadi sudah keras seperti ada yang menekannya, dan ternyata itu adalah paha ibuku yang mulus.
“Sayang kalau kamu mau… bilang aja terus terang.. Mami mau kok…” kata ibuku di antara desahannya. Aku kaget setengah mati, berarti ibuku sangat suka aku perlakukan seperti ini. Aku kemudian melepaskan ciumanku di lehernya dan kemudian berlutut di sebelah ibuku yang masih berbaring. Batang kemaluanku sudah sangat keras dan ternyata ibu sangat suka dengan ukuran batang kemaluanku, ibu tersenyum bangga melihat batang kemaluanku yang sudah maksimal kerasnya. Ukuran batang kemaluanku 15 cm dengan diameter kira-kira 4 cm. Aku masih dengan gemas meremas payudara ibu yang montok dan masih terasa padat. Aku membuka kaos yang ibu pakai dan kemudian sambil meremas payudara ibu aku berusaha membuka bra yang ibu pakai, dan satelah bra yang ibuku kenakan terlepas, kulihat payudara ibu yang besar dan masih kencang untuk wanita seumurnya. Dengan ganas kuremas payudara ibu, sedangkan ibu hanya mendesah keenakan dan menjerit kecil saat kugigit kecil puting payudara ibu. Kuhisap puting payudara ibu dengan kuat seperti ketika aku masih bayi. Aku menghisap payudara ibu sambil kuremas-remas hingga puting payudara ibu agak memerah karena kuhisap.
Payudara ibuku masih sangat enak untuk diremas karena ukurannya yang besar dan masih kencang dan padat. “Bob kamu dulu juga ngisep susu ibu juga kaya gini…” kata ibuku sambil dia merem-melek karena keenakan puting susunya kuhisap dan memainkannya dengan lidahku. Ibu menaikkan pinggulnya saat kutarik celana pendeknya. Aku melihat CD yang ibu kenakan sudah basah. Aku kemudian mencium CD ibuku tepat di atas kemaluan ibu dan meremasnya. Dengan cepat kutarik CD ibu dan melemparkannya ke sisi ranjang, dan terlihatlah olehku pemandangan yang sangat indah. Lubang kemaluan ibuku ditumbuhi bulu halus yang tidak terlalu lebat, hingga garis lubang kemaluan ibuku terlihat. Kubuka paha ibuku lebar, aku tidak kuasa melihat pemandangan indah itu dan dengan naluri laki-laki kucium dan kuhisap lubang dimana aku lahir 18 tahun lalu. Kujilat kliteris ibuku yang membuat ibuku bergetar dan mendesah dengan kuat. Lidahku bermain di lubang senggama ibuku, dan ibuku malah menekan kepalaku dengan tangannya agar aku makin tenggelam di dalam selangkangannya.
Cairan lubang kemaluan ibu kuhisap dan kujilat yang membuat ibuku makin tak tahan dengan perlakuanku, dia mengelinjang hebat, bergetar dan kemudian mengejang sambil menengadah dan berteriak. Aku merasakan ada cairan kental yang keluar dari dalam lubang kemaluan ibu, dan aku tahu ibu baru orgasme. Kuhisap semua cairan lubang kemaluan ibuku hingga kering. Ibu terlihat sangat lelah. Aku kemudian bangun dan dengan suara pelan karena kelelahan ibu bilang, “Sayang sini Mami isep kontolmu,” dan tanpa di komando dua kali aku kemudian duduk di sebalah wajah ibuku, dan kemudian dengan perlahan mulut ibuku mendekat ke burungku yang sudah sangat keras. Ibuku membelai batang kemaluanku tapi dia tidak memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya. Padahal jarak antara mulut ibuku dengan batang kemaluanku hanya tinggal beberapa centi saja. Aku sudah tidak tahan lagi dan kemudian kudorong kepala ibuku dan dengan leluasa batang kemaluanku masuk ke mulut ibu. dengan cepat dan liar ibuku mengocok batang kemaluanku di dalam mulutnya. Aku sudah tidak tahan lagi, kenikmatan yang kurasakan sangat luar biasa dan tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata, dan akhirnya aku sudah tidak tahan lagi dan… “Cret.. cret.. crett..” maniku kusemprotlkan di dalam mulut ibuku.
Ibu kemudian memuntahkannya dan hanya yang sedikiti dia telan, dan masih dengan liar ibuku membersihkan batang kemaluanku dari sisa-sisa air maniku yang menetes di batang kejantananku. Ibuku tersenyum dan kemudian kembali berbaring sambil membuka pahanya lebar-lebar. Ibuku tersenyum saat melihat batang kemaluanku yang masih dengan gagahnya berdiri, dan seperti sudah tidak sabar untuk masuk ke dalam sarangnya yang hangat. Aku kemudian mengambil posisi di antara kedua paha ibuku, batang kemaluanku terasa berdenyut saat ibu dengan lembut membelai dan meremas batang kemaluanku yang sudah sangat keras. Dengan tangan yang bergetar kuusap permukaan lubang kemaluan ibuku yang dipenuhi bulu-bulu halus dan sisa cairan lubang kemaluan yang kuhisap tadi masih membasahi bibir lubang kemaluan ibuku yang terlihat sangat hangat dan menantang. “Ayo dong Sayang, kamu kan tahu dimana tempatnya…” kata ibuku pasrah, kemudian tangannya menuntun batang kemaluanku untuk masuk ke dalam lubang kemaluannya. Tanganku bergetar dan batang kemaluanku terasa makin berdenyut saat kepala batang kemaluanku menyentuh bibir lubang kemaluan ibu yang sudah basah, dan dengan perasaan yang campur aduk, kudorong pinggulku ke depan dan masuklah batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan ibu yang sudah agak membuka, dan tenggelam sudah batang kemaluanku ke dalam liang senggama milik ibuku.

Aku merasakan sensasi yang sangat dasyat saat dinding lubang kemaluan ibu seperti memijat batang kemaluanku, gila meski aku pernah ML dengan anak ABG, lubang kemaluan ibuku terasa sangat nikmat dan luar biasa di banding dengan yang lainnya. Aku menggoyang pinggulku naik-turun diimbangi dengan goyangan pinggul ibuku yang sangat dasyat dan liar. Kami kemudian berganti posisi dengan ibu berada di atasku hingga ia dapat menduduki batang kemaluanku, dan terasa sekali kenikmatan yang ibu berikan kepadaku. Goyangan yang cepat dan liar dan gerakan tubuh yang naik turun membuat tubuhku hanyut ke dalam kenikmatan seks yang kurasakan sangat dasyat. Tibalah saat ibuku orgasme, goyangannya makin cepat dan desahannya semakin tidak karuan, aku dengan nikmat merasakannya sambil kuhisap dan meremas pauyudara ibu yang bergoyang seirama dengan naik-turunnya tubuh ibuku menghabisi aku. Ibu mengerang dan mengejang saat kurasakan ada cairan hangat yang membasahi batang kejantananku yang masih tertanam di dalam lubang kemaluan ibuku.
Beberapa saat setelah ibu terkulai lemas aku merasakan bahwa aku akan mencapai puncak, dan dengan goyangan dan tusukan yang menghujam lubang kemaluan ibuku, “Cret… crett.. cret…” air maniku menghambur di dalam lubang kemaluan ibuku. Aku merasakan nikmat yang tidak dapat kukatakan. Saat aku masih menikmati sisa-sisa kemikmatan itu, ibu mencium bibirku dan berkata, “Sayang… Mami lupa kalo Mami enggak pake kontrasepsi. Tadi Mami mau bilang kalo kamu orgasme biar di mulut Mami aja.. tapi Mami kagok…” Aku hanya terdiam dan malah mencium bibir ibuku yang masih menindih tubuhku dengan mesra. Kemudian ibuku berbaring di sampingku, aku memeluk dia dan kami berciuman dengan mesra seperti sepasang kekasih. Kami pun tertidur karena pertempuran yang sangat melelahkan itu.
Pagi harinya saat aku bangun ibuku sudah tidak ada di sebelahku, dan kemudian aku berpakaian dan menuju dapur mencari ibuku, dan kulihat ibuku tengah menyiapkan sarapan bersama adikku yang masih SMP. Aku bingung dan segan karena ibuku seakan-akan malam tadi tidak terjadi apa-apa di antara kami, padahal aku telah menyetubuhi ibu kandungku sendiri tadi malam. Seperti biasanya, aku menjemput ibuku dari tempat dia senam, dan saat perjalanan pulang kami mengobrol tentang persetubuhan kami tadi malam dan kami berjanji hanya kami yang mengetahui kajadian itu. Tiba-tiba saat mobil kami sedang berada di jalan yang sepi dan agak gelap, ibuku menyuruhku menghentikan mobil, aku menurut saja. Setelah mobil di pinggirkan, dengan ganas ibuku mengulumku. Kemudian membuka celanaku dan menghisap batang kemaluanku yang sudah keras saat ibuku mengulum bibirku tadi. Aku hanya terengah-engah merasakan batang kemaluanku dihisap oleh ibuku sambil mengocoknya, dan beberapa saat kemudian… “Cret.. cret.. crett..” maniku menyembur di dalam mulut ibuku dan dia menelan habis maniku walaupun ada sedikit yang meleler keluar. Ibuku kemudian membersihkan sisa maniku yang menetes di tangannya dan batang kemaluannku. Tak kusangka ibuku kembali menelan calon-calon cucunya ke dalam perutnya. Tapi aku sih asyik-asyik saja ibuku mau menghisap batang kemaluanku saat kami masih di dalam mobil.
Kami berciuman dan melanjutkan perjalana pulang dan kemudian tidur seranjang dan “bermain” lagi. Kami berdua terus melakukannya tanpa sepengetahuan orang lain. Sejak persetubuhan kami yang pertama, sebulan kemudian ibuku merasa dia hamil, dan ibu bilang bahwa sebelum bersetubuh denganku, ibu sudah lebih dari 3 bulan tidak bersetubuh dengan ayahku, karena memang ayahku terlalu sibuk dengan perusahaan, dan hotel-hotelnya. Ibuku bilang ibu hamil olehku karena selain dengan ayahku dan aku, ibu belum pernah perhubungan seks dengan lelaki lain. Ibu menggugurkan kandungannya karena dia tidak mau punya bayi dari aku, aku pun tidak mau mempunyai bayi dari rahim ibuku. Tapi kami masih terus melakukannya lagi dan selalu tidur bersama bila adik dan pembantuku sudah tidur.
Persetubuhan dan hubungan kami berjalan lancar selama dua tahun tanpa ada yang curiga atau mengetahuinya. Sampai suatu hari, bulan Oktober 2000 ibuku telah berumur 41 tahun tapi tubuh dan wajahnya masih tetap fit, dan seksi, walaupun ada sedikit keriput dan lipatan kecil di wajahnya, namun semua itu malah menjadikan ibuku makin sensual dan dewasa. Sedangkan aku berumur 20 tahun. Suatu hari aku dan ibuku mulai merasakan getara-getaran dan keinginan untuk bercinta lagi. Malam itu pembantu kami pulang ke kampungnya dan adik perempuanku belum pulang. Aku yang merasa bebas mulai merayu dan menggoda ibuku, dan ibu pun menanggapi rayuanku dengan sensualitas yang ibu punya. Kami kemudian telah berpelukan mesra dan berciuman dengan hotnya, sambil berciuman kami membuka pakaian kami dan tanpa sadar kami telah telanjang. Setelah melakukan oral seks yang ibuku sangat senangi, aku mulai menusuk lubang kemaluan ibuku dengan batang kejantananku yang menurut ibu makin nikmat.
Aku terus menggoyang pingulku naik turun dan ibu mengimbanginya dengan goyangan pinggulnya, setelah beberapa saat ibuku mencapai orgasmenya yang kedua setelah pada oral seks tadi ibu telah orgasme. Saat itu posisiku sedang menindih tubuh ibuku yang kelelahan karena ibuku baru orgasme, aku terus menggoyang pinggulku mengocok batang kemaluanku di dalam lubang kemaluan ibu, dan mungkin karena staminanya yang mulai berkurang ibuku hanya pasrah, aku mengocok terus dan membiarkan aku menusuk lubang kemaluannya dengan batang kemaluanku yang besar. Tanpa aku sadari ibuku melirik ke arah pintu kamar dan ternyata di situ telah berdiri asyik perempuan yang sedang memperhatikan kegiatan kami. Aku kaget tapi nafsuku masih mengalahkan rasa kagetku dengan kenikmatan lubang kemaluan ibuku yang masin basah. Ibuku menyuruhku memperlambat tusukanku dan dengan masih pada posisiku menindih tubuhku ibu bilang, “Sayang.. tuh ada Vika kalau dia mau kamu terusin aja sama Vika, Mami mau istirahat dulu,” aku masih menggoyang pinggulku namun sekarang dengan perlahan. Ibuku bilang, “Vika sayang, sini kita gabung aja sekalian…” ajak ibuku pada adikku. Aku pun seperti mendapat angin bilang pada asyikku, “Vik.. kalo enggak mau aku habiskan sama Mami aja…” sambil mengerang kenikmatan. Seperti dihipnotis adiku Vika yang baru masuk kuliah berjalan menuju ke arah kami berdua, dan ibu menyuruhku agar aku mencabut batang kemaluanku dari lubang kemaluannya. Saat aku cabut batang kemaluanku berdenyut karena sedang enak-enaknya dijepit, harus dicabut. Ibuku kemudian menuju Vika yang sudah berada di samping tempat tidur, kemudian menciumnya dan meremas payudara adikku itu, dan sepertinya Vika setuju dan kemudian dia naik ke ranjang dan aku pun mencium bibir Vika. Hangat dan penuh sensasi saat kucium bibir adikku.
Aku mencoba meremas payudaranya yang agak kecil dibanding ibuku tapi terasa payudara Vika lebih kencang dan padat. Aku meminta dia membuka kaos ketatnya, memang Vika adalah gadis masa kini, wajahnya cantik dengan kulit yang halus dan mulus, juga putih dan bersih. Rambutnya hitam sepunggung dan tubuhnya yang tinggi semampai, lebih tinggi dari ibuku dan pinggul yang tidak terlalu besar, tapi mempunyai payudara yang serasi dengan tubuhnya yang seksi. Ukuran bra-nya mungkin 34B karena terlihat saat dia melepaskan kaosnya dan terlihat dadanya yang busung ke depan dan terlihat sangat indah. Vika tersenyum saat melihat batang kemaluanku yang besar dan berdenyut, aku mengira Vika sudah tidak perawan lagi, karena saat dia mulai menghisap batang kemaluanku dia terlihat tidak kaku dan sangat profesional. Bibir dan mulutnya yang kecil seakan tidak muat untuk melahap batang kemaluanku yang besar, hisapannya kuat dan nikmat walau tidak sekuat dan senikmat hisapan ibuku, Vika terus mengocok dan menghisap batang kemaluanku sementara aku mendesah dan meringis keenakan menikmati sedotan adikku, dan sambil kubelai rambutnya.
Setelah Vika puas, aku kemudian membaringkan tubuhnya di sebelah ibuku yang hanya memperhatikan kedua anaknya berhubungan seks. Aku membuka bra Vika, dan keluarlah gunung kembar Vika yang putih dan kencang dengan puting yang masih merah segar. Kuremas gemas payudara Vika sambil kuhisap putingnya, adikku hanya melenguh dan mendesah pelan saat kuhisap dan gigit kecil puting susunnya. Aku jadi bingung, dia mau tidak kalau aku setubuhi. Aku yang tadi hampir orgasme di lubang kemaluan ibuku sudah tidak sabar lagi untuk masuk ke lubang kemaluan Vika. Dengan agak kasar kubuka celana panjangnya dan CD-nya sekaligus, Vika menjerit kecil dan ibu mengingatkanku agar tidak kasar pada adikku. Aku melihat pemandangan yang sangat indah tidak kalah indahnya saat aku pertama kali melihat pemandangan indah selangkangan milik ibuku dulu. Lubang kemaluan adikku dipenuhi bulu-bulu halus yang lebat tapi tertata rapi. Aku sudah tidak tahan lagi, kuhisap dan kujilat lubang kemaluan milik adikku itu, Vika mengejang dan bergetar saat kujilat klitorisnya, dia mulai mendesah kenikmatan, dan ternayata Vika lebih cepat orgasme dibanding ibuku. Terlihat saat kujilat dan kuhisap lubang kemaluannya, lubang kemaluannya mengeluarkan cairan kental hangat yang langsung kuhisap habis.
Setelah kuhisap semua cairan lubang kemaluan adikku, aku bangun dan kemudian berlutut tepat di selangkangan Vika, aku mengangkat pinggul Vika sedikit dan dengan agak berjongkok dengan tumpuan di lututku pantat Vika, kusimpan di dadaku hingga lubang kemaluan Vika tepat berada di depan batang kemaluanku yang terus berdenyut. Dengan sedikit seret dan dorongan yang agak keras, kumasukkan batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan adikku yang masih terasa seret dan menggigit, kenikmatan otot lubang kemaluan dan seretnya liang senggama Vika memang lebih nikmat dari lubang kemaluan ibuku, namun aku merasakan sensasi yang lebih dasyat saat aku menyetubuhi ibuku. Ternyata Vika yang saat aku “garap” tubuhnya hanya diam dan mendesah kecil, saat batang kemaluanku penuh mengisi lubang kemaluannya, Vika mulai menggila. Desahannya malah semakin keras dan sensual. Tubuhnya bergoyang seperti penari ular, dan goyangan pinggulnya bergoyang sangat dasyat. Aku yang tadi akan menguasai “permainan” hampir kalah dan dikuasai oleh Vika.
Beberapa saat Vika menguasai permainan kami. Dengan posisi yang sama saat kutusuk batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan Vika, Vika langsung menguasai permainan, pahanya dijepitkan ke pinggangku, pinggulnya berputar membuat batang kemaluanku yang ada dalam lubang kemaluan Vika seperti dipilin-pilin nikmat. Akh… gila juga adikku ini. Aku terus memompa pinggulku meladeni putaran pinggul Vika, dan tangannku mulai beroperasi, payudara Vika yang terus bergoyang kuremas dan kumainkan puting susu Vika dengan jariku. Vika mendesah dan terus menjerit kecil saat permainan mulai kukuasai kembali, sambil kukocok batang kemaluanku di lubang kemaluan Vika, tanganku meremas dan memainkan putin Vika. Sementara kuhisap dan ciumi biibir Vika yang sensual, tipis dan merah menantang. Sesekali kuhisap putingnya yang membuat dia merem-melek, dan posisi itu berubah dengan Vika menungging dan aku menusuk dari belakang. Dengan posisi ini aku lebih leluasa meremas payudara Vika yang menggantung, pinggulnya kembali berputar dan maju-mundur mengimbangi kocokan batang kemaluanku di dalam lubang kemaluannya yang makin basah dan nikmat. Kemudian gerakan Vika makin cepat, erangan dan desahan Vika makin kuat dan keras. Vika meraih tanganku dan meletakannya di payudaranya agar aku meremasnya dan dengan goyangan pinggul yang dasyat tubuh Vika mengejang dan bergetar, dan dia memekik tertahan dan kurasakan cairan hangat membanjiri lubang kemaluan Vika dan membasahi batang kemaluanku tanda Vika sedang orgasme, dan tiba-tiba tubuhnya yang tadi liar tergeletak lunglai. Aku melihat mata Vika terpejam saat kucium lehernya, sedangkan goyanganku pun aku perlambat agar Vika merasakan semua kenikmatan yang dia baru rasakan. Kubelai pinggangnya dan pinggulnya, dan dengan sekali gerakan kuputar tubuh Vika sehingga posisi kami kembali berhadapan tanpa aku mencabut batang kemaluanku di dalam lubang kemaluan Vika. Aku merasakan jepitan yang sangat nikmat saat kuputar tubuh adikku tadi.
Kini kaki Vika kusandarkan di bahuku hingga dia benar-benar mengangkang dan dengan leluasa kuhabiskan sisa-sisa tenagaku untuk menghabisinya di dalam lubang kemaluan adikku, dan tidak lama dalam batang kemaluanku ada desakan dari dalam dan… “Cret… cret.. creet..” air maniku tumpah di dalam lubang kemaluan Vika, saat itu aku mendesah dan mengerang keenakan. Lalu kurebahkan tubuhku di atas tubuh Vika dan sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan itu kucium lembut dan mesra bibir Vika dan Vika pun membalas ciumanku dan kami berciuman dengan mesra. Keringat kami membasahi tempat tidur dan kemudian ada suara, “Aduh ini anak Mami, keasyikan main sampai Mami dilupain gini…” sahut mami menggoda kami berdua yang memang dari tadi lupa kalau di sebelah kami berdua ada mami yang masih telanjang dan menonton aksi kami kakak-adik bertempur. Aku langsung mencabut batang kemaluanku dari lubang kemaluan Vika yang basah kuyub, dan kemudian ibu mengulum batang kemaluanku membersihkan cairan maniku dan cairan lubang kemaluan Vika. Aku dan Vika tersenyum pada mami, dan kami kemudian berbaring di satu ranjang, dengan aku di tengah mereka. “Vik… ternyata kamu kuda liar juga, padahal waktu gue garap body lo, lo diem aja…” godaku pada adikku, Vika hanya tersenyum dan bilang, “Mam.. makasih udah ngajak Vika gabung, kalo enggak rugi Vika enggak tau kalau Kak Bobi dasyat banget…” Kami bertiga pun tertawa, lalu ibuku bilang, “Bob, kalau Mami capek atau kalau ada Papi, kamu tidur sama Vika saja, asal jangan ribut banget saja kayak tadi…” Aku cuma senyum kecil sambil kucium adikku. “Dan kalo enggak ada Papi kita tidur bertiga aja…” ajak Vika. Aku sangat setuju dengan ajakan Vika.
Kami bertiga tidur seranjang hingga pagi, dan pagi hari kami main lagi bertiga di dapur, dan mulai saat itu kami terus melakukannya sampai sekarang, dimana kami mau dan kapan kami mau kami pasti melakukannya, dengan motto kapan saja, dimana saja kami bermain. Sekitar dua bulan setelah aku main pertama kali dengan Vika, dan saat kami bersetubuh, Vika bilang kalau dia lagi hamil dua bulan, dan dia bilang dia hamil sama aku, soalnya dulu waktu pertama kali berhubungan dia itu lupa bilang kalau dia biasa main sama cowoknya, cowoknya harus pakai kondom, sedangkan dulu aku “muncratin” maniku di dalam lubang kemaluan Vika. Jadi, pertama aku hamili ibuku yang digugurkan, sekarang aku hamili adikku dan dia bilang mau digugurkan dan aku setuju sekali, soalnya aku tidak mau punya anak dari adikku dan Vika tidak mau punya anak dari aku, kakaknya. Gila!

Nikmatnya Lala Istri Sepupuku

Tapi lama kelamaan semua itu membuatku bosan. Ya..di Jakarta ini, walaupun aku merantau, ternyata aku punya banyak saudara dan karena kesibukan (alasan klise) aku tidak sempat berkomunikasi dengan mereka. Akhirnya kuputuskan untuk menelepon Mas Adit, sepupuku. Kami pun bercanda ria, karena lama sekali kami tidak kontak. Mas Adit bekerja di salah satu perusahaan minyak asing, dan saat itu dia kasih tau kalau minggu depan ditugaskan perusahaannya ke tengah laut, mengantar logistik sekaligus membantu perbaikan salah satu peralatan rig yang rusak. Dan dia memintaku untuk menemani keluarganya kalau aku tidak keberatan. Sebenernya aku males banget, karena rumah Mas Adit cukup jauh dari tempat kostku Aku di bilangan Ciledug, sedangkan Mas Adit di Bekasi. Tapi entah mengapa aku mengiyakan saja permintaannya, karena kupikir-pikir sekalian silaturahmi. Maklum, lama sekali tidak jumpa.

Hari Jumat minggu berikutnya aku ditelepon Mas Adit untuk memastikan bahwa aku jadi menginap di rumahnya. Sebab kata Mas Adit istrinya, Mbak Lala, senang kalau aku mau datang. Hitung-hitung buat teman ngobrol dan teman main anak-anaknya. Mereka berdua sudah punya anak laki-laki dua orang. Yang sulung kelas 4 SD, dan yang bungsu kelas 1 SD. Usia Mas Adit 40 tahun dan Mbak Lala 38 tahun. Aku sendiri 30 tahun. Jadi tidak beda jauh amat dengan mereka. Apalagi kata Mbak Lala, aku sudah lama sekali tidak berkunjung ke rumahnya. Terutama semenjak aku bekerja di Jakarta ini Ya, tiga tahun lebih aku tidak berjumpa mereka. Paling-paling cuma lewat telepon.

Setelah makan siang, aku telepon Mbak Lala, janjian pulang bareng Kami janjian di stasiun, karena Mbak Lala biasa pulang naik kereta. "kalau naik bis macet banget. Lagian sampe rumahnya terlalu malem", begitu alasan Mbak Lala. Dan jam 17.00 aku bertemu Mbak Lala di stasiun. Tak lama, kereta yang ditunggu pun datang. Cukup penuh, tapi aku dan Mbak masih bisa berdiri dengan nyaman. Kamipun asyik bercerita, seolah tidak mempedulikan kiri kanan.

Tapi hal itu ternyata tidak berlangsung lama Lepas stasiun J, kereta benar-benar penuh. Mau tidak mau posisiku bergeser dan berhadapan dengan Mbak Lala. Inilah yang kutakutkan..! Beberapa kali, karena goyangan kereta, dada montok Mbak Lala menyentuh dadaku. Ahh..darahku rasanya berdesir, dan mukaku berubah agak pias. Rupanya Mbak Lala melihat perubahanku dan –ini konyolnya- dia mengubah posisi dengan membelakangiku. Alamaakk.. siksaanku bertambah..! Karena sempitnya ruangan, si "itong"-ku menyentuh pantatnya yang bulat manggairahkan. Aku hanya bisa berdoa semoga "itong" tidak bangun. Kamipun tetap mengobrol dan bercerita untuk membunuh waktu. Tapi, namanya laki-laki normal apalgi ditambah gesekan-gesekan yang ritmis, mau tidak mau bangun juga "itong"-ku. Makin lama makin keras, dan aku yakin Mbak Lala bisa merasakannya di balik rok mininya itu.

Pikiran ngeresku pun muncul, seandainya aku bisa meremas dada dan pinggulnya yang montok itu.. oh.. betapa nikmatnya. Akhirnya sampai juga kami di Bekasi, dan aku bersyukur karena siksaanku berakhir. Kami kemudian naik angkot, dan sepanjang jalan Mbak Lala diam saja. Sampai dirumah, kami beristirahat, mandi (sendiri-sendiri, loh..) dan kemudian makan malam bersama keponakanku. Selesai makan malam, kami bersantai, dan tak lama kedua keponakanku pun pamit tidur.

"Ndrew, Mbak mau bicara sebentar", katanya, tegas sekali.
"Iya mbak.. kenapa", sahutku bertanya. Aku berdebar, karena yakin bahwa Mbak akan memarahiku akibat ketidaksengajaanku di kereta tadi.
"Terus terang aja ya. Mbak tau kok perubahan kamu di kereta. Kamu ngaceng kan?" katanya, dengan nada tertahan seperti menahan rasa jengkel.
"Mbak tidak suka kalau ada laki-laki yang begitu ke perempuan. Itu namanya pelecehan. Tau kamu?!"
"MMm.. maaf, mbak..", ujarku terbata-bata.
"Saya tidak sengaja. Soalnya kondisi kereta kan penuh banget. Lagian, nempelnya terlalu lama.. ya.. aku tidak tahan"
"Terserah apa kata kamu, yang jelas jangan sampai terulang lagi. Banyak cara untuk mengalihkan pikiran ngeres kamu itu. Paham?!" bentak Mbak Lisa.
"Iya, Mbak. Saya paham. Saya janji tidak ngulangin lagi"
"Ya sudah. Sana, kalau kamu mau main PS. Mbak mau tidur-tiduran dulu. kalau pengen nonton filem masuk aja kamar Mbak." Sahutnya. Rupanya, tensinya sudah mulai menurun.

Akhirnya aku main PS di ruang tengah. Karena bosan, aku ketok pintu kamarnya. Pengen nonton film. Rupanya Mbak Lala sedang baca novel sambil tiduran. Dia memakai daster panjang. Aku sempat mencuri pandang ke seluruh tubuhnya. Kuakui, walapun punya anak dua, tubuh Mbak Lala betul-betul terpelihara. Maklumlah, modalnya ada. Akupun segera menyetel VCD dan berbaring di karpet, sementara Mbak Lala asyik dengan novelnya.

Entah karena lelah atau sejuknya ruangan, atau karena apa akupun tertidur. Kurang lebih 2 jam, dan aku terbangun. Film telah selesai, Mbak Lala juga sudah tidur. Terdengar dengkuran halusnya. Wah, pasti dia capek banget, pikirku.

Saat aku beranjak dari tiduranku, hendak pindah kamar, aku terkesiap. Posisi tidur Mbak Lala yang agak telungkup ke kiri dengan kaki kana terangkat keatas benar-benar membuat jantungku berdebar. Bagaimana tidak? Di depanku terpampang paha mulus, karena dasternya sedikti tersingkap. Mbak Lala berkulti putih kemerahan, dan warna itu makin membuatku tak karuan. Hatiku tambah berdebar, nafasku mulai memburu.. birahiku pun timbul..

Perlahan, kubelai paha itu.. lembut.. kusingkap daster itu samapi pangkal pahanya.. dan.. AHH.. "itong"-ku mengeras seketika. Mbak Lala ternyata memakai CD mini warna merah.. OHH GOD.. apa yang harus kulakukan.. Aku hanya menelan ludah melihat pantatnya yang tampak menggunung, dan CD itu nyaris seperti G-String. Aku bener-bener terangsang melihat pemandangan indah itu, tapi aku sendiri merasa tidak enak hati, karena Mbak Lala istri sepupuku sendiri, yang mana sebetulnya harus aku temani dan aku lindungi dikala suaminya sedang tidak dirumah.

Namun godaan syahwat memang mengalahkan segalanya. Tak tahan, kusingkap pelan-pelan celana dalamnya, dan tampaklah gundukan memeknya berwarna kemerahan. Aku bingung.. harus kuapakan.. karena aku masih ada rasa was-was, takut, kasihan.. tapi sekali lagi godaan birahi memang dahsyat.Akhirnya pelan-pelan kujilati memek itu dengan rasa was-was takut Mbak Lala bangun. Sllrrpp.. mmffhh.. sllrrpp.. ternyata memeknya lezat juga, ditambah pubic hair Mbak Lala yang sedikit, sehingga hidungku tidak geli bahkan leluasa menikmati aroma memeknya.

Entah setan apa yang menguasai diriku, tahu-tahu aku sudah mencopot seluruh celanaku. Setelah "itong"-ku kubasahi dengan ludahku, segera kubenamkan ke memek Mbak Lala. Agak susah juga, karena posisinya itu. Dan aku hasrus ekstra hati-hati supaya dia tidak terbangun. Akhirnya "itongku"-ku berhasil masuk. HH.. hangat rasanya.. sempit.. tapi licin.. seperti piston di dalam silinder. Entah licin karena Mbak Lala mulai horny, atau karena ludah bekas jilatanku.. entahlah. Yang pasti, kugenjot dia.. naik turun pelan lembut.. tapi ternyata nggak sampai lima menit. Aku begitu terpukau dengan keindahan pinggul dan pantatnya, kehalusan kulitnya, sehingga pertahananku jebol. Crroott.. ccrroott.. sseerr.. ssrreett.. kumuntahkan maniku di dalam memek Mbak Lala. Aku merasakan pantatnya sedikit tersentak. Setelah habis maniku, pelan-pelan dengan dag-dig-dug kucabut penisku.

"Mmmhh.. kok dicabut tititnya.." suara Mbak Lala parau karena masih ngantuk.
"Gantian dong..aku juga pengen.."
Aku kaget bukan main. Jantungku tambah keras berdegup.
"Wah.. celaka..", pikirku.
"Ketahuan, nich.." Benar saja! Mbak Lala mambalikkan badannya. Seketika dia begitu terkejut dan secara refleks menampar pipiku. Rupanya dia baru sadar bahwa yang habis menyetubuhinya bukan Mas Adit, melainkan aku, sepupunya.
"Kurang ajar kamu, Ndrew", makinya.
"KELUAR KAMU..!"

Aku segera keluar dan masuk kamar tidur tamu. Di dalam kamar aku bener-bener gelisah.. takut.. malu.. apalagi kalau Mbak Lala sampai lapor polisi dengan tuduhan pemerkosaan. Wah.. terbayang jelas di benakku acara Buser.. malunya aku.

Aku mencoba menenangkan diri dengan membaca majalah, buku, apa saja yang bisa membuatku mengantuk. Dan entah berapa lama aku membaca, aku pun akhirnya terlelap. Seolah mimpi, aku merasa "itong"-ku seperti lagi keenakan. Serasa ada yang membelai. Nafas hangat dan lembut menerpa selangkanganku. Perlahan kubuka mata.. dan..

"Mbak Lala..jangan", pintaku sambil aku menarik tubuhku.
"Ndrew.." sahut Mbak Lala, setengah terkejut.
"Maaf ya, kalau tadi aku marah-marah. Aku bener-bener kaget liat kamu tidak pake celana, ngaceng lagi."
"Terus, Mbak maunya apa?" taku bertanya kepadaku. Aneh sekali, tadi dia marah-marah, sekarang kok.. jadi begini..
"Terus terang, Ndrew.. habis marah-marah tadi, Mbak bersihin memek dari sperma kamu dan disiram air dingin supaya Mbak tidak ikutan horny. Tapi.. Mbak kebayang-bayang titit kamu. Soalnya Mbak belum pernah ngeliat kayak punya kamu. Imut, tapi di meki Mbak kerasa tuh." Sahutnya sambil tersenyum.

Dan tanpa menunggu jawabanku, dikulumnya penisku seketika sehingga aku tersentak dibuatnya. Mbak Lala begitu rakus melumat penisku yang ukurannya biasa-biasa saja. Bahkan aku merasakan penisku mentok sampai ke kerongkongannya. Secara refleks, Mbak naik ke bed, menyingkapkan dasternya di mukaku. Posisii kami saat ini 69. Dan, Ya Tuhan, Mbak Lala sudah melepas CD nya. Aku melihat memeknya makin membengkak merah. Labia mayoranya agak menggelambir, seolah menantangku untuk dijilat dan dihisap. Tak kusia-siakan, segera kuserbu dengan bibirku..

"SSshh.. ahh.. Ndrew.. iya.. gitu.. he-eh.. Mmmffhh.. sshh.. aahh" Mbak Lala merintih menahan nikmat. Akupun menikmati memeknya yang ternyata bener-bener becek. Aku suka sekali dengan cairannya.
"Itilnya.. dong.. Ndrew.. mm.. IYAA.. AAHH.. KENA AKU.. AMPUUNN NDREEWW.."
Mbak Lala makin keras merintih dan melenguh. Goyangan pinggulnya makin liar dan tak beraturan. Memeknya makin memerah dan makin becek. Sesekali jariku kumasukkan ke dalamnya sambil terus menghisap clitorisnya. Tapi rupanya kelihaian lidah dan jariku masih kalah dengan kelihaian lidah Mbak Lala. Buktinya aku merasa ada yang mendesak penisku, seolah mau menyembur.

"Mbak.. mau keluar nih.." kataku.
Tapi Mbak Lala tidak mempedulikan ucapanku dan makin ganas mengulum batang penisku. Aku makin tidak tahan dan.. crrootts.. srssrreett.. ssrett.. spermaku muncrat di muutu Mbak Lala. Dengan rakusnya Mbak Lala mengusapkan spermaku ke wajahnya dan menelan sisanya.

"Ndrewww.. kamu ngaceng terus ya.. Mbak belum kebagian nih.." pintanya.
Aku hanya bisa mmeringis menahan geli, karena Mbak Lala melanjutkan mengisap penisku. Anehnya, penisku seperti menuruti kemauan Mbak Lala. Jika tadi langsung lemas, ternyata kali ini penisku dengan mudahnya bangun lagi. Mungkin karena pengaruh lendir memek Mbak Lala sebab pada saat yang sama aku sibuk menikmati itil dan cairan memeknya, aku jadi mudah terangsang lagi.

Tiba-tiba Mbak Lala bangun dan melepaskan dasternya.
"Copot bajumu semua, Ndrew" perintahnya.
Aku menuruti perintahnya dan terperangah melihat pemandangan indah di depanku. Buah dada itu membusung tegak. Kuperkirakan ukurannya 36B. Puting dan ariolanya bersih, merah kecoklatan, sewarna kulitnya. Puting itu benar-benar tegak ke atas seolah menantang kelelakianku untuk mengulumnya. Segera Mbak Lala berlutut di atasku, dan tangannya membimbing penisku ke lubang memeknya yang panas dan basah. Bless.. sshh..
"Aduhh.. Ndrew.. tititmu keras banget yah.." rintihnya.
"kok bisa kayak kayu sih..?"
Mbak Lala dengan buasnya menaikturunkan pantatnya, sesekali diselingi gerkan maju mundur. Bunyi gemerecek akibat memeknya yang basah makin keras. Tak kusia-siakan, kulahap habis kedua putingnya yang menantang, rakus. Mbak Lala makin keras goyangnya, dan aku merasakan tubuh dan memeknya makin panas, nafasnya makin memburu. Makin lama gerakan pinggul Mbak Lala makin cepat, cairan memeknya membanjir, nafasnya memburu dan sesaat kurasakan tubuhnya mengejang.. bergetar hebat.. nafasnynya tertahan.

"MMFF.. SSHSHH.. AAIIHH.. OUUGGHH.. NDREEWW.. MBAK KELUAARR.. AAHHSSHH.."
Mbak Lala menjerit dan mengerang seiring dengan puncak kenikmatan yang telah diraihnya. Memeknya terasa sangat panas dan gerakan pinggulnya demikian liar sehingga aku merasakan penisku seperti dipelintir. Dan akhirnya Mbak Lala roboh di atas dadaku dengan ekspresi wajah penuh kepuasan. Aku tersenyum penuh kemenangan sebab aku masih mampu bertahan..

Tak disangka, setelah istirahat sejenak, Mbak Lala berdiri dan duduk di pinggir spring bed. Kedua kakinya mengangkang, punggungnya agak ditarik ke belakang dan kedua tangannya menyangga tubuhnya.
"Ndrew, ayo cepet masukin lagi. Itil Mbak kok rasanya kenceng lagi.." pintanya setengah memaksa.
Apa boleh buat, kuturuti kemauannya itu. Perlahan penisku kugosok-gosokkan ke bibir memek dan itilnya. Memek Mbak Lala mulai memerah lagi, itilnya langsung menegang, dan lendirnya tampak mambasahi dinding memeknya.
"SShh.. mm.. Ndrew.. kamu jail banget siicchh.. oohh.." rintihnya.
"Masukin aja, yang.. jangan siksa aku, pleeaassee.." rengeknya.

Mendengar dia merintih dan merengek, aku makin bertafsu. Perlahan kumasukkan penisku yang memang masih tegak ke memeknya yang ternyata sangat becek dan terasa panas akibat masih memendam gelora birahi. Kugoyang maju mundur perlahan, sesekali dengan gerakan mencangkul dan memutar. Mbak Lala mulai gelisah, nafasnya makin memburu, tubuhnya makin gemetaran. Tak lupa jari tengahku memainkan dan menggosok clitorisnya yang ternyata benar-benar sekeras dan sebesar kacang. Iseng-iseng kucabut penisku dari liang surganya, dan tampaklah lubang itu menganga kemerahan.. basah sekali..

Gerakan jariku di itilnya makin kupercepat, Mbak Lala makin tidak karuan gerakannya. Kakinya mulai kejang dan gemetaran, demikian pula sekujur tubuhnya mulai bergetar dan mengejang bergantian. Lubang memek itu makin becek, terlihat lendirnya meleleh dengan derasnya, dan segera saja kusambar dengan lidahku.. direguk habis semua lendir yang meleleh. Tentu saja tindakanku ini mengagetkan Mbak Lala, terasa dari pinggulnya yang tersentak keras seiring dengan jilatanku di memeknya.

Kupandangi memek itu lagi, dan aku melihat ada seperti daging kemerahan yang mencuat keluar, bergerinjal berwarna merah seolah-olah hendak keluar dari memeknya. Dan nafas Mbak Lala tiba-tiba tertahan diiringi pekikan kecil.. dan ssrr.. ceerr.. aku merasakan ada cairan hangat muncrat dari memeknya.

"Mbak.. udah keluar?", tanyaku.
"Beluumm.., Ndreew.. ayo sayang.. masukin kontol kamu.. aku hampir sampaaii.." erangnya.
Rupanya Mbak Lala sampai terkencing-kencing menahan nikmat.

Akibat pemandangan itu aku merasa ada yang mendesak ingin keluar dari penisku, dan segera saja kugocek Mbak Lala sekuat tenaga dan secepat aku mampu, sampai akhirnya..

"NDREEWW.. AKU KELUAARR.. OOHH.. SAYANG.. MMHH.. AAGGHH.. UUFF..", Mbak Lala menjerit dan mengerang tidak karuan sambil mengejang-ngejang.
Bola matanya tampak memutih, dan aku merasa jepitan di penisku begitu kuat. Akhirnya bobol juga pertahananku..

"Mbak.. aku mau muncrat nich.." kataku.
"Keluarin sayang.. ayo sayang, keluarin di dalem.. aku pengen kehangatan spermamu sekali lagi.." pintanya sambil menggoyangkan pinggulnya, menepuk pantatku dan meremas pinggulnya.
Seketika itu juga.. Jrruuoott.. jrroott.. srroott..
"Mbaakk.. MBAAKK.. OOGGHH.. AKU MUNCRAT MBAAKK.." aku berteriak.
"Hmm.. ayo sayang.. keluarkan semua.. habiskan semua.. nikmati, sayang.. ayo.. oohh.. hangat.. hangat sekali spermamu di rahimku.. mmhh.." desah Mbak Lala manja menggairahkan.
Akupun terkulai diatas tubuh moleknya dengan nafas satu dua. Benar-benar malam jahanam yang melelahkan sekaligus malam surgawi.

"Ndrew, makasih ya.. kamu bisa melepaskan hasratku.." Mbak Lala tersenyum puas sekali..
"He-eh.. Mbak.. aku juga.." balasku.
"Aku juga makasih boleh menikmati tubuh Mbak. Terus terang, sejak ngeliat Mbak, aku pengen bersetubuh dengan Mbak. Tapi aku sadar itu tak mungkin terjadi. Gimana dengan keluarga kita kalau sampai tahu."
"Waahh.. kurang ajar juga kau ya.." kata Mbak Lala sambil memencet hidungku.
"Aku tidak nyangka kalau adik sepupuku ini pikirannya ngesex melulu. Tapi, sekarang impian kamu jadi kenyataan kan?"
"Iya, Mbak. Makasih banget.. aku boleh menikmati semua bagian tubuh Mbak." Jawabku.
"Kamu pengalaman pertamaku, Ndrew. Maksud Mbak, ini pertama kali Mbak bersetubuh dengan laki-laki selain Mas Adit. tidak ada yang aneh kok. Titit Mas Adit jauh lebih besar dari punya kamu. Mas Adit juga perkasa, soalnya Mbak berkali-kali keluar kalau lagi join sama masmu itu" sahutnya.
"Terus, kok keliatan puas banget? Cari variasi ya?" aku bertanya.
"Ini pertama kalinya aku sampai terkencing-kencing menahan nikmatnya gesekan jari dan tititmu itu. Suer, baru kali ini Mbak sampai pipisin kamu segala. Kamu nggak jijik?"
"Ooohh.. itu toh..? Kenapa harus jijik? Justru aku makin horny.." aku tersenyum.

Kami berpelukan dan akhirnya terlelap. Kulihat senyum tersungging di bibir Mbak Lalaku tersayang..
collection of shoes, kinds of birds, Aerial Geologist, travel, Nautical Living, punk word, Future home design, beautiful girl, classic tattoos, Explosion, Sport Cars, My Tattoos, sexs position, guinness, beauty actress, naruto hokage, animals, goku and gohan z, sports bikes and cars, naruto shippuden, Tattoos-tattoos, calligraphy for you, my graffiti style, tattoos for all, classic engine v, wallpaper home decor, tattoo tree, casual, hinduism tattoos, foot tattoos for girls, my scorpio tattoos collection, eyes tattoos collection, house design , expensive new cars, flower tattoos collections, Unique Cars Tattoos, Love, Wild Deer Tattoos, modern nail color, popular tattoos in the world, beautiful waterfalls, Fashion, Tiger tattoos, tattoos cartoon character, cartoon characters, Sex Style Position, crown tattoos, Fairy Tattoos, fashion clothes, High heels shoes for Women, woman xxx, blog for tattoos, My Tattoos, Birds, Sexuality, Wild life, Guns, Science, Casino, Sexs Toys, Daisy tattoos, Lotus tattoos, Butterfly tattoos woman, actress prettiest actress, the star's wardrobe, buy and sell home, my style body, girls tattoos desighn, sharingan uchiha, hair models, beauty birds, The Latest Hairstyles For Women, Wing Tattoos For You, Lower Back Tattoos Popular, Home Design, Car Modification, Motor Replacements, Expensive Cars, Fairy Tattoos, Foot Tattoos Update, Tattoo Designs, Tattoo Designs, Fairy Tattoos, The Latest Hairstyles For Women, fashion clothes, expensive new cars, sports bikes and cars, Sport Cars, travel, Hairstyle Celebrity, wedding, automotive, weight loss, diet, insurance, cell phone, Mortgage, shoes, mlnjr, giovannaduepuntozero, Tattoos For Women, Beauty, Beauty Flower Tattoos, Nail design, Bull Tattoos for Men, Beauty, health care, Skin Care